Ini Rahasia Menjadi Lebih Kreatif Menurut Sains

By , Kamis, 1 Februari 2018 | 12:00 WIB

Karena itu, sukses kreatif tidak terlalu banyak soal menemukan ilham. Seperti kata ahli mikrobiologi Louis Pasteur: “Nasib baik menyukai pikiran yang siap.” Ini juga berlaku pada seni, seperti yang disarankan Pablo Picasso: “Pelajari aturan seperti seorang professional, sehingga Anda bisa melanggarnya seperti seorang seniman.”

Imajinasi fantastis

Bagi banyak orang, kemampuan untuk benar-benar tenggelam dan larut dalam sebuah gagasan adalah kunci untuk menyelesaikan proyek kreatif yang sukses. Untuk itu Anda membutuhkan yang ilmuwan sebut sebagai “imajinasi fantastis”. Ini bisa dilihat dari kecenderungan berkhayal dan bayang-bayang imajinatif Anda.

Hal-hal tersebut menjelaskan kecenderungan Anda untuk memiliki khayalan yang sangat jelas dan realistis dan seberapa dalam anda masuk ke dalam dunia imajiner.

Namun, mengingat bahwa imajinasi fantastis bisa membuat Anda bengong di siang bolong dan mengalihkan Anda dari kewajiban sehari-hari, hal tersebut tidak tampak seperti kemampuan yang diinginkan pada pandangan pertama.

Bahkan ada satu sisi gelap—imajinasi fantastis seseorang cenderung meningkat sebagai respon dari kejadian traumatis dengan menjadi sebuah pelarian dari realita.

Namun ada juga manfaatnya. Keterlibatan khalayan pada anak-anak dihubungkan dengan peningkatan imajinasi kreatif, kemampuan naratif, dan pengambilan perspektif. Bagi orang dewasa, hal itu bisa membantu memperbaiki konsolidasi memori, perencanaan dan pemecahan masalah yang kreatif.

Ada manfaat dari bermimpi di siang bolong. imtmphoto/Shutterstock

Ini juga kemampuan yang bisa Anda tingkatkan. Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang didorong oleh orangtua mereka untuk berpartisipasi dalam permainan berpura-pura dan bermain peran memiliki tingkat kecenderungan fantasi yang lebih tinggi di masa mendatang. Dan tidak pernah terlambat untuk memulai—aktor amatir juga dikenal memiliki imajinasi fantastis yang lebih tinggi.

Imajinasi episodik

“Imajinasi episodik” mirip dengan imajinasi fantastis tapi utamanya menggunakan detil memori yang nyata [episodik) ketimbang imajiner (semantik) ketika memvisualisasikan kejadian dalam mata pikiran kita.

Ini membantu individu untuk membayangkan masa lalu alternatif dengan lebih baik dan belajar dari kesalahan mereka, atau membayangkan masa depan mereka dan mempersiapkan diri untuk itu. Riset kecil yang telah dilakukan sejauh ini mengindikasikan bahwa individu dengan kapasitas untuk imajiner visual yang lebih besar mengalami detil sensorik saat membayangkan masa depan mereka.

Apalagi, meski bertahun-tahun buku pengembangan diri menyarankan untuk “bayangkan maka itu akan terjadi”, hal tersebut sebenarnya adalah kebalikan dari apa yang seharusnya Anda lakukan. Persiapan terbaik untuk masa depan adalah secara paradoks membayangkan prosesnya—bukan hasilnya—dari kejadian yang Anda inginkan di masa depan.

Satu studi menunjukkan bahwa ketika murid-murid membayangkan hasil yang diinginkan (nilai yang bagus pada tes mendatang) mereka mengerjakannya lebih jelek secara signifikan ketimbang murid-murid yang membayangkan proses untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (membayangkan belajar secara menyeluruh). Mungkin ini sesuatu yang harus diingat untuk resolusi Tahun Baru Anda?