Grebeg Sudiro, Perpaduan Budaya Tionghoa-Jawa di Solo

By , Rabu, 7 Februari 2018 | 13:00 WIB

"Dari sekian pemukiman etnis Tionghoa di Solo, hanya komunitas Tionghoa Balong yang mampu berakulturasi dengan budaya Jawa sehingga komunitas ini ikut memperkaya komposisi komunitas masyarakat di Solo," kata Heri.

(Baca juga: Aneka Kuliner Perayaan Imlek)

Beda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Solo yang kental dengan nuansa bisnis, komunitas Tionghoa di Balong terkenal karena campuran budaya dengan pembauran yang baik. Tahun 1998, Balong menjadi lokasi komunitas China yang luput dari aksi kekerasan pada Mei 1998.  

Stigma negatif kerusuhan rasial pada 1743, 1911, 1965, 1980, dan 1998 di Solo perlahan dikikis dengan jalur kultural. Grebeg Sudiro menurut Heri adalah bukti tingginya kesadaran masyarakat Solo untuk bahu membahu, menghilangkan stigma negatif.

"Grebeg Sudiro bagaikan panggung untuk menguatkan ikatan persaudaraan masyarakat kota yang majemuk, strategi kebudayaan yang jitu. Barangkali perlu ditiru oleh kota-kota lain demi merayakan pembauran dan menguatkan tali hubungan lintas etnis yang harmonis," kata Heri.

Artikel ini pernah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber