5 Mitos Keliru Seputar Kanker Serviks yang Harus Diketahui Wanita

By , Rabu, 7 Februari 2018 | 16:00 WIB

Selain kanker payudara, ada kanker lain yang juga sering mengancam perempuan, yakni kanker serviks. Menurut Epidemiology and Prevention of Cervical Cancer in Indonesia, Malaysia, the Philippines, Thailand and Vietnam, setidaknya, ada 15 000 perempuan Indonesia yang terinfeksi kanker serviks setiap tahunnya. Setiap wanita memiliki risiko terkena kanker serviks sehingga pengetahuan mengenai kanker serviks menjadi landasan penting bagi kaum wanita. Namun sayangnya, informasi seputar kanker serviks sering diwarnai mitos dan anggapan yang salah. Apa saja mitos yang salah tentang kanker serviks, dan bagaimana fakta sebenarnya?

Mitos 1: Saya tidak pernah merasa sakit di daerah V, jadi saya aman dari kanker serviks.

Faktanya, perkembangan sel yang abnormal pada penderita kanker tidak menunjukkan gejala apapun. Oleh karena itu, skrining kanker serviks rutin diperlukan meski Anda tidak merasa gejala apapun sekarang ini. Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pencegahan primer dengan melakukan vaksin HPV, dan pencegahan sekunder dengan melakukan skrining.

Untuk vaksinasi HPV, semakin dini dilakukan, maka hasilnya akan lebih maksimal. Vaksin HPV akan merangsang pembentukan respon imun di dalam tubuh, sehingga menciptakan perlindungan terhadap kanker serviks.

Baca juga: Lima Jenis Makanan Penyebab Kanker

Sedangkan untuk skrining kanker serviks, menurut National Cancer Institute , terdapat dua cara yaitu dengan Pap tes atau pap smear dan tes HPV. Tujuan utama melakukan skrining dengan Pap smear adalah untuk mendeteksi ada tidaknya perkembangan sel yang tidak normal yang bisa berkembang menjadi kanker jika tidak diberikan perawatan tertentu.

Pap smear mengidentifikasi perkembangan sel abnormal sebelum menjadi kanker. Sedangkan tes HPV (human papilloma virus) digunakan untuk mencari ada atau tidaknya tipe virus human papilloma yang berisiko tinggi mengembangkan pertumbuhan sel yang tidak normal pada sel di leher rahim. Tes ini dapat mendeteksi infeksi HPV yang menyebabkan kelainan sel, bahkan sebelum kelainan sel bisa terlihat jelas.

Dengan mengetahui secara dini, Anda dapat mengetahui kondisi kesehatan Anda lebih pasti, dan jika memang terdeteksi ada pertumbuhan sel abnormal, maka pengobatan akan lebih mudah dilakukan pada stadium awal atau bahkan saat masih masa pra-kanker.

Mitos 2: Kalau orang tua kena kanker serviks, saya akan terkena juga

Faktanya, beberapa kanker yang sering terjadi pada wanita seperti kanker payudara dan kanker ovarium sifatnya dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Berbeda dengan kanker serviks, penyakit ini dipicu oleh adanya infeksi HPV, sehingga cara terbaik melindungi anak Anda dari kanker serviks adalah dengan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi HPV.

Baca juga: 9 Gejala Kanker Paru yang Tak Boleh Anda Abaikan

Mitos 3: Kanker serviks selalu berakhir dengan kematian

Faktanya, semakin dini skrining yang dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks, semakin tinggi juga angka harapan hidup. Orang yang didiagnosis dengan kanker serviks pada tahap awal memiliki angka harapan hidup hingga 92%. Skrining rutin akan membantu memastikan kanker serviks terdeteksi pada tahap awal yang dapat diobati.

Permasalahan yang paling sering terjadi adalah kebanyakan orang tidak melakukan skrining untuk mengetahui kondisi sejak dini, yang membuat kanker serviks akhirnya baru terdeteksi pada tahap kanker sudah menyebar dan sulit untuk diobati.

Mitos 4: Kanker serviks tidak dapat dicegah

Faktanya, perjalanan timbulnya kanker biasanya memakan waktu bertahun-tahun, tidak secara instan mengalami kanker, sehingga sangat masih memungkinkan untuk dicegah. Bahkan, kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah.

Kanker serviks dipicu oleh berbagai faktor,  namun penyebab utamanya adalah infeksi  HPV. Oleh karena itu, untuk mencegah kanker serviks, perlu dilakukan tindak pencegahan terhadap infeksi HPV dengan cara mendapatkan vaksinasi HPV.

Beberapa hal sederhana juga dapat dilakukan untuk membantu mencegah kanker serviks, yaitu

Mitos 5: Perempuan yang pernah kena kanker serviks tidak bisa punya anak

Faktanya, pasien kanker serviks yang terdeteksi dini dan masih berada pada stadium awal, masih memiliki harapan untuk memiliki anak. Pasien kanker serviks memang biasanya menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) dan atau kemoterapi dan terapi radiasi ke daerah panggul. Namun jika memang masih di tahap awal, sebelum melakukan perawatan kanker serviks, bicarakan pada dokter Anda bahwa Anda masih berharap untuk memiliki Anak.

Baca juga: Di Masa Depan, Teknologi VR Memungkinkan Kita Jelajahi Sel Kanker

Ada beberapa pilihan pengobatan baru yang memungkinkan dokter untuk menjaga kesuburan pasien sehingga tetap bisa menjadi orang tua. Jika kanker serviks Anda masih pada tahap awal, Anda mungkin dapat menjalani trachelectomy radikal, biopsi kerucut, atau LLETZ (Trachelectomy radikal adalah operasi penataan kesuburan). Dengan metode pengobatan ini, Anda masih bisa hamil setelahnya.

Artikel ini telah tayang di Hellosehat.com. Baca artikel sumber.