Tabir Surya Ramah Lingkungan Dibuat dari Bakteri

By , Kamis, 8 Februari 2018 | 15:00 WIB

Para ilmuwan telah menciptakan bakteri yang mampu menghasilkan bahan utama tabir surya ramah lingkungan.

Untuk Anda ketahui, bahan kimia yang ada pada tabir surya, selama ini dikaitkan dengan berbagai ancaman terhadap lingkungan. Terutama pemutihan karang.

Alternatif yang lebih ramah lingkungan telah dikembangkan. Namun, bahan utama untuk memproduksinya – shinorine – sulit untuk didapat. Kita harus memanen alga dari alam liar untuk memperolehnya.

(Baca juga: Pemutihan Terumbu Karang Terekam dalam Video)

Saat ini, dengan menyisipkan gen yang bertanggung jawab untuk memproduksi shinorine menjadi bakteri, para peneliti berhasil mengubah bakteri seperti ‘pabrik kecil’ yang bisa menghasilkan ramuan dalam jumlah banyak.

Pada awalnya, produksi shinorine dari modifikasi bakteri tiga kali lebih rendah dibanding yang terlihat pada alga liar. Namun, ketika para peneliti menambahkan urutan DNA yang disebut ‘promotor’ kepada gen tersebut, mereka bisa meningkatkan produksinya menjadi sepuluh kali lipat.

Penelitian ini dipimpin oleh dr. Guang Yang dari University of Florida, dan hasilnya dipublikasikan pada jurnal ACS Synthetic Biology.

Persediaan terbatas

Shinorine masuk ke dalam kelompok senyawa mycosporine-like amino acids (MAAs), yang bertindak sebagai pelindung alami dari radiasi sinar ultraviolet.

Namun, saat ini, shinorine yang digunakan secara komersial diisolasi dari ganggang merah yang dipanen dari laut. Hasilnya juga bervariasi, tergantung musim dan wilayah geografis.

“Saat ini ada masalah dengan persediaan MAAs sebagai bahan utama tabir surya. Oleh sebab itu, perlu pendekatan rekayasa genetik,” kata profesor Antony Young, fotobiologis di King’s College London yang tidak terlibat dalam penelitian dr. Guang Yang.

Meskipun begitu, ia telah melakukan studi lain untuk menyelidiki potensi MAAs sebagai pengganti tabir surya tradisional dan sintetis.

“Tim kami akan terus mempelajari hal ini karena melihat ada potensi. Terutama mengingat kekhawatiran yang terus meningkat mengenai ancaman tabir surya sintetis pada ekosistem laut,” tambahnya.