Mengintip ke Dalam Pesawat Soviet Retro Milik Korea Utara

By , Rabu, 14 Februari 2018 | 11:00 WIB

Korea Utara merupakan salah satu negara terisolasi di dunia. Perjalanan internasional sangat diatur dan kebebasan bergerak di dalam perbatasannya sendiri cukup langka. Kurangnya permintaan terhadap perjalanan udara dikombinasikan dengan sanksi global menghasilkan efek yang tak diinginkan: negara ini dibekukan di dalam era keemasan penerbangan Soviet.

Pilot menunggu pramugari untuk turun dari pesawat Tupolev-134 di Bandara Internasional Sunan Pyongyang. (Arthur Mebius)

"Korea Utara adalah negara yang tidak biasa dan menarik banyak orang, dan saya pikir orang penasaran untuk melihat seperti apa maskapai penerbangan dalam konteks yang aneh seperti itu,” kata fotografer Arthur Mebius, yang telah melakukan 24 penerbangan dengan Air Koryo selama tiga perjalanan terpisah. Buku fotonya, Dear Sky, the Planes and People of North Korea’s Airline, merupakan penghormatan kepada awak pesawat yang berdedikasi dan kecintaan dirinya sendiri terhadap dunia penerbangan.

Baca juga: Reuni Keluarga Korea Setelah Berpisah Puluhan Tahun

Anggota kru yang tidak bertugas memandang ke luar pesawat Koryo Air. (Arthur Mebius)

SOKAO (Soviet-North Korean Airline)—maskapai tersebut kini dikenal sebagai Koryo—awalnya didirikan pada 1945 untuk menghubungkan Pyongyang dan Moskow. Pada 1993, namanya diganti, terinspirasi dari dinasti Koryo yang memerintah semenanjung tersebut dari 918-1392 SM.

Baca juga: Warga Korea Utara Pilih Hujan Batu di Negeri Orang

Seorang pilot memeriksa ban Tupolev-154 antara penerbangan di Bandara Internasional Sunan Pyongyang. (Arthur Mebius)

Armada klasik buatannya tahun 1960-an—dari Ilyushin, Tupolev, dan Antonov—masih aktif.

“Karena sanksi internasional dan pembatasan lingkungan, armada Jet Rusia dari Air Koryo ini jarang terbang ke luar negeri,” jelas Mebius. “Meski begitu, pesawat dan kru mereka tetap siap beroperasi.”

Seorang pilot memotret fotografer Arthur Mebius sebelum berangkat dari Bandara Kalma di Wonsan, Kangwon-do, Korea Utara. (Arthur Mebius)

Pembatasan ini, dikombinasikan dengan rating bintang satu dari Skytrax telah mengurangi pemberhentian internasional pesawat tersebut menjadi hanya dua: Vladivostok, Rusia, dan China.

Tapi rating buruk Air Koryo tidak banyak berkaitan dengan catatan keamanannya, dan lebih berkaitan dengan kurangnya fasilitas standar lainnya, seperti program penumpang setia (frequent flier) dan situs resmi.

Baca juga: Video dari Luar Angkasa Tunjukkan Dua Orang Berjalan di Korea Utara

Seorang anggota kru menyaksikan pesawat yang melintas di Bandara Kalma. (Arthur Mebius)

“Orang-orang tergiring untuk membayangkan layanan buruk dan pesawat tua,” kata Mebius. “Sebenarnya, dalam penerbangan reguler dari Beijing, armada yang digunakan merupakan pesawat Tupolev atau Antonov yang baru, yang tidak ada bedanya dari Airbus atau Boeing kontemporer.”

Sekelompok pilot bersiap memasuki pesawat di Korea Utara. (Arthur Mebius)

Selama penerbangan 90 menit, penumpang menerima makanan dan minuman gratis, termasuk bir Korea Utara, oleh awak kabin yang sopan.

"Ada beberapa sentuhan eksentrik, seperti menunjukkan pertunjukan panggung band musik Korea Utara, lengkap dengan latar belakang manuver militer ... persimpangan Sungai Yalu ke wilayah udara Korea Utara diumumkan melalui pengeras suara."