Mengapa Sebuah Kota Bisa Kehabisan Pasokan Air?

By , Rabu, 28 Februari 2018 | 13:00 WIB

Dua puluh sembilan di antaranya, meliputi Algeria, Israel dan Qatar, berada pada situasi kekurangan ekstrem di mana jumlah airnya kurang dari 500 meter kubik per orang dalam setahun.

Sepertiga populasi planet bergantung pada air tanah. PBB telah memperingatkan bahaya penggunaan cadangan ini secara berlebihan.

Cadangan air tanah di beberapa wilayah seperti lembah Gangga India, Spanyol, Italia dan California akan mengering dalam beberapa dasawarsa.

Negara-negara seperti Kanada, Rusia dan Peru, hanya menggunakan satu persen cadangan air mereka. Sementara yang lain, memakainya berlebihan. Seperti Israel (261 persen) dan Bahrain (8935 persen).

Permasalahan kota

Freetown, La Paz, dan Ouagadougou, menderita kekurangan air yang mengarahkan mereka pada kekeringan di 2016. Kondisi ini mirip dengan Cape Town sekarang.

Penggunaan air tawar secara global, berlipat ganda, antara 1964 dan 2014. Ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi, industrialisasi, dan peningkatan produksi serta konsumsi.

Permintaan air di kota-kota kemungkinan akan meningkat 50 persen pada 2030.

“Kelangkaan air, yang diperburuk oleh perubahan iklim, mempengaruhi 6 persen PDB wilayah tersebut, memicu migrasi dan konflik,” papar World Bank.

Pertanian

Menurut FAO, pertanian merupakan konsumen air terbesar (70 persen) – digunakan untuk irigasi. Industri menggunakan 19 persen air, dan rumah tangga sekitar 11 persen.

Namun, ada perbedaan yang besar di tingkat regional. Di Asia Selatan, pertanian menggunakan 91 persen air. Sementara rumah tangga sekitar 7 persen dan industri 2 persen.

(Baca juga: Lebih Dari Seperempat Wilayah di Dunia Akan Mengalami Kekeringan)

Uni Eropa dan Amerika Utara, industri mengonsumsi lebih dari 50 persen. Mengalahkan pertanian (di bawah 34 persen) dan penggunaan domestik (18 persen).

Pemanasan global

Dalam sebuah laporan PBB di 2014, diketahui bahwa setiap kenaikan 1 celsius akibat pemanasan global, 7 persen populasi dunia akan melihat penurunan 20 persen sumber air.

Berdasarkan perhitungan ilmuwan, Bumi telah menghangat 1 derajat Celsius sejak Revolusi Industri.