Kisah Suku Banjar Menjadi Leluhur Orang Madagaskar dan Komoro

By , Kamis, 8 Maret 2018 | 14:00 WIB

Pada awal milenium kedua, sebelum orang Eropa datang ke Afrika Timur, kaum Banjar dari Borneo Tenggara berlayar 7.000 kilometer menyeberangi Samudera Hindia dan mengkolonisasi Kepulauan Komoro dan Madagaskar.

Mereka ikut pelayaran yang dipimpin kerajaan-kerjaan Hindu-Buddha, seperti Sriwijaya (abad ke-6 hingga 13). Suku Melayu berniaga ke tempat yang jauh sampai ke Afrika Timur. Sriwijaya mendirikan pos dagang di Kalimantan Tenggara dan orang-orangnya bercampur dengan orang asli Borneo, Ma'anyan, yang menjadi leluhur orang Banjar.

Jejaring perniagaan orang Melayu selama milenium pertama memicu proses protoglobalisasi paling awal, dan membawa populasi Asia Tenggara ke Afrika Timur.

‘Fakta memukau geografi manusia’

Sejarawan terkemuka Jared Diamond menyebutnya “fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia” - bahwa pulau-pulau di Afrika Timur, Kepulauan Komoro dan Madagaskar, memiliki pengaruh kebudayaan Asia dan Afrika.

Para ilmuwan telah lama berdebat mengenai asal usul orang Madagaskar yang memiliki leluhur dari Asia dan Afrika. Usaha sebelumnya untuk menentukan lokasi asal orang Madagaskar di Asia menunjuk pada Kalimantan secara umum sebagai potensial sumber. Namun belum ada populasi sumber yang secara tegas teridentifikasi.

Riset kolaboratif internasional kami yang berlangsung empat tahun, termasuk dengan tim Profesor Herawati Sudoyo di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengidentifikasi orang Banjar sebagai populasi sumber dari migrasi yang menakjubkan ini.

Kami menganalisis genom 3.000 orang dari 190 populasi dari sekitar wilayah Samudera Hindia, termasuk 30 populasi dari Indonesia, Madagaskar, dan Komoro.

Penelitian kami adalah yang pertama menggabungkan data dan hipotesis dari riset linguistik, arkeologis, dan genetik tentang masyarakat Komoro dan Madagaskar.

Bahasa, budaya, dan genetika

Ahli linguistik telah lama menemukan bahwa, meski dekat dengan Afrika, kosakata bahasa Malagasy secara menakjubkan sebagian besar berasal dari sebuah bahasa yang dulu dituturkan sepanjang lembah Sungai Barito di Kalimantan Tenggara.

Sekitar 90% kosakata Malagasy berasal dari bahasa Ma’anyan, suku asli di pedalaman Kalimantan Tenggara yang berjumlah sekitar 70.000 orang. Kurang dari 10% kosakata bahasa Malagasy berasal dari bahasa Afrika (utamanya bahasa Sabaki, cabang dari bahasa Bantu).

Di sisi lain, ahli arkeologi menemukan bukti kultural — termasuk teknik pembuatan besi, perahu layar, instrumen musik seperti xilofon, dan budi daya padi dan umbi-umbian (“makanan tropis”). Semua ini mendukung adanya hubungan yang kuat dengan Asia.

Studi genetika juga secara umum mengkonfirmasi asal usul populasi Madagaskar dan Komoro yang berasal dari Afrika dan Asia.