Sumur Resapan, Cara Mudah dan Murah Untuk Pulihkan Sumber Air

By , Rabu, 21 Maret 2018 | 16:00 WIB

Populasi  yang terus meningkat serta adanya perubahan fungsi lahan memberikan tantangan bagi penyediaan akses air minum dan sanitasi.

Menurut Lina Damayanti, Advocacy and Communication Advisor for USAID IUWASH Plus, pada dasarnya semua orang pasti memiliki akses air. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Masalahnya adalah, apakah air tersebut layak dikonsumsi?

“Menurut data dari pemerintah, hanya 30% warga yang mendapat akses air yang aman,” ujarnya.

(Baca juga: Mengapa Sebuah Kota Bisa Kehabisan Pasokan Air?)

Semakin tinggi populasi penduduk, maka semakin besar risiko wilayah tersebut menghadapi masalah air. Pulau Jawa adalah salah satu wilayah yang mengalami krisis air terparah.

“Jika suatu daerah kehilangan sumber mata air atau mengalami kekurangan, dampaknya tidak hanya untuk manusia, tapi juga pada spesies hewan dan tumbuhan,” tambah Lina.

Tidak ingin kondisi air di Indonesia semakin parah, USAID IUWASH Plus pun berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut. Menurut Lina, cara paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sumur resapan.

Memulihkan mata air

Sumur resapan merupakan metode buatan untuk meningkatkan sumber air tanah. Asep Mulyana, Senior Raw Water Adaptation Specialist USAID IUWASH Plus, mengatakan, sumur resapan mampu mengumpulkan, menangkap dan meresapkan air hujan ke dalam tanah.

Nantinya, air tersebut akan meresap ke akuifer – lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Air yang terkumpul di lapisan akuifer dapat digunakan selama musim kemarau untuk mengisi sumur dangkal atau meningkatkan aliran mata air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di hilir sungai.

Konstruksi sumur resapan. (USAID IUWASH Plus)

Teknologi ini terbukti untuk memulihkan mata air yang menyusut. Aliran Mata Air Cikareo, Jawa Barat, berhasil meningkat dari 48 menjadi 110 liter per detik.

Selain itu, debit Mata Air Senjoyo, Salatiga, juga meningkat dari 800 liter/detik pada 2015, menjadi 1100 liter/detik pada 2017.

Desa Patemon, Salatiga, yang sebelumnya mengalami kekeringan parah juga berhasil pulih dan kini tidak kekurangan air lagi berkat sumur resapan.