Aliran darah dalam tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh protein bernama elastin. Seperti namanya, elastin dapat membantu menjaga elastisitas jaringan seperti pembuluh darah, paru-paru, kulit, dan ligamen.
Namun adanya konsekuensi terjadinya penuaan, protein elastin ini mengalami penurunan dan menyebabkan terjadinya pengerasan arteri pada orang tua.
Akibatnya, Banyak masalah kesehatan yang timbul dari kondisi ini seperti tekanan darah tinggi, risiko kematian mendadak, stroke, dan penurunan fungsi otak. Tak hanya orang tua, sayangnya kondisi ini juga mungkin dialami oleh mereka yang lebih muda jika mereka menderita masalah genetik tertentu.
Baca juga: Tes Darah dan Urine Bisa Deteksi Autisme
Sebelumnya, Dr. Michael Shoykhet menjelaskan mengenai Williams-Beuren Syndrome (WS) dan Supravalvar Aortic Stenosis (SVAS), dua penyait yang muncul akibat pengerasa arteri
"Kami tahu bahwa kondisi genetik, seperti Williams-Beuren Syndrome (WS) dan Supravalvar Aortic Stenosis (SVAS), menyebabkan tingkat elastin yang tidak normal dalam mengembangkan arteri. Akibatnya, anak-anak dengan WS atau SVAS memiliki arteri yang kaku dan sempit. Tekanan darah tinggi Seperti orang dewasa yang lebih tua, mereka juga berisiko tinggi mengalami kematian mendadak dan stroke, " terangnya.
WS adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan belajar, kepribadian serta kesehatan kardiovaskular. sementara SVAS merupakan penyakit jantung yang mempersempit pembuluh darah, SVAS biasanya terjadi pada mereka yang didiagnosis dengan WS.
Baca juga: Peneliti Kembangkan Lensa Kontak Pintar yang Bisa Memonitor Kadar Gula Darah
Ketika tidak ada obat yang ditemukan untuk meningkatkan elastin dalam tubuh manusia, sebuah penelitian baru-baru ini muncul dengan temuan yang cukup mengejutkan, hasil penelitian tersebut mengklaim bahwa obat untuk arteri yang mengeras tersebut mungkin ada dalam sumber yang tidak terduga, yaitu obat yang memperlambat botak.
Studi model eksperimental ini diterbitkan pada 2 Maret 2018 di American Journal of Physiology (Jantung dan Fisiologi Peredaran Darah).
Sebagai bagian dari studi, para peneliti memutuskan untuk mempelajari lebih lanjut dampak dari obat yang disebut minoxidil.
Minoxidil, yang dikembangkan pada akhir 1950-an, populer digunakan untuk mengobati rambut rontok pada pria dan wanita. kandungan tersebut baik digunakan langsung ke kulit atau diresepkan dalam bentuk oral untuk membantu menjaga tekanan darah.
Para ahli belum sepenuhnya memahami bagaimana obat ini dapat merangsang pertumbuhan rambut, tetapi mereka percaya bahwa minoxidil dapat memperlebar pembuluh darah yang memungkinkan masuknya lebih banyak oksigen dan darah untuk mencapai folikel rambut manusia.
"Oleh karena itu, kami menguji apakah [minoxidil] tidak hanya akan mengurangi tekanan darah tetapi juga akan membantu merelaksasi arteri dan meningkatkan diameternya, sehingga memperbaiki perfusi organ."Dr Shoykhet dan kolaborator Dr. Beth A. Kozel merancang penelitian ini dan memimpin percobaan ini di Washington University School of Medicine. Untuk memahami bagaimana dampak yang ditimbulkan minoxidil, para peneliti menggunakan pencitraan ultrasound dan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengamati mekanisme pembuluh darah, aliran darah ke otak, dan ekspresi gen.
Hasilnya, percobaan ini menunjukkan bahwa kandungan monixidil tidak hanya menurunkan tekanan darah tetapi juga meningkatkan diameter arteri. Aliran darah ke otak juga meningkat secara signifikan.
"Minoxidil juga mengurangi kekakuan arterial fungsional dan meningkatkan kandungan elastin arteri," jelas Dr. Shoykhet.
"Sama pentingnya, perubahan yang menguntungkan ini bertahan beberapa minggu setelah obat tersebut tidak lagi berada dalam aliran darah. Perbaikan berkelanjutan dan ekspresi gen elastin yang meningkat menunjukkan bahwa pengobatan minoxidil dapat membantu merombak arteri kaku. Pemodelan ulang semacam itu dapat bermanfaat bagi manusia yang ketidakcukupan elastinnya disebabkan oleh salah satu usia lanjut atau kondisi genetik. " tambahnya.
Meski demikian, para peneliti menyatakan bahwa masih banyak studi klinis perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil temuan ini dan juga pemahaman mengenai bagaimana perbedaan fungsi kandungan obat tersebut dalam aliran darah dengan organ lain seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan usus.