3. Braga.
Kawasan ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pemuda yang hendak bragaderen—kini kita menyebutnya dengan istilah nongkrong atau mejeng.
Kala itu, toko-toko di sana didirikan untuk menjual berbagai kebutuhan penduduk Bandung yang kebanyakan berasal dari Eropa. Berbagai barang dan kebutuhan di sana pun diadakan dengan cara diimpor.
Kawasan yang hingga kini masih menjadi daya tarik bagi wisatawan ini merupakan satu dari tiga jalan pertama di Bandung—dua lainnya adalah Jalan Asia-Afrika dan Jalan Merdeka.
4. Gedung Sate.
Anda mungkin belum sah mengunjungi Bandung bila belum datang dan melihat langsung Gedung Sate. Gedung yang sering tergambar dalam berbagai suvenir Bandung ini dibangun dengan gaya arsitektur Indo-Eropa. Gedung ini memadukan gaya Moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda.
Satu pertanyaan yang sering terlontar adalah mengapa gedung ini dibangun secara diagonal. Jawabannya sederhana saja, Gedung Sate dibangun diagonal agar bisa menghadap langsung ke Gunung Tangkuban Perahu.
5. Vila Isola/Hotel Savoy Homann
Tidak banyak yang tahu bahwa di dalam kawasan Universitas Pendidikan Indonesia terdapat sebuah bangunan unik dengan gaya art deco. Bangunan ini bernama Vila Isola, nama yang secantik bentuk bangunannya.
Nama Isola sendiri adalah sebuah kependekan dari frasa Latin, M’isolo e vivo yang berarti ‘saya mengasingkan diri dan bertahan hidup’.
Bangunan yang sekarang bernama Bumi Siliwangi dan berfungsi sebagai kantor rektorat ini dibangun pada Oktober 1932 dan selesai pada Maret 1933. Vila Isola dibangun oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker, seorang arsitek yang desain bangunannya sudah banyak menghiasi Bandung.
Tujuan awal bangunan ini didirikan adalah sebagai rumah peristirahatan seorang Jawa-Italia bernama Dominique Wilem Beretty, pemilik kantor berita internasional Hindia Belanda, Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap/ANETA—kemudian berubah nama menjadi Kantor Berita ANTARA.