Menguak Badai Petir di Atmosfer Atas Bumi

By , Selasa, 17 April 2018 | 13:00 WIB
Blue Jet mencapai 30 km ke atas menuju stratosfer, seperti yang terlihat dari stasiun luar angkasa. (DTU Space, ESA, NASA)

ASIM merepresentasikan survei global yang komprehensif tentang ketinggian super tinggi ini, peristiwa yang sulit untuk diamati dari lapangan yang membantu menentukan bagaimana mereka berhubungan dengan petir. Investigasi ini juga mempelajari pembentukan awan berketinggian tinggi dan menentukan karakteristik apa yang membuat badai petir efektif dalam mengganggu atmosfer berketinggian tinggi.

Penelitian ini meningkatkan pemahaman tentang efek badai di atmosfer bumi dan memberikan kontribusi untuk model atmosfer yang lebih baik serta prediksi meteorologi dan klimatologi.

"Observasi ketinggian tinggi memungkinkan kita untuk mempelajari peristiwa-peristiwa ini tanpa awan yang mengaburkan," kata peneliti utama, Torsten Neubert dari National Space institute of the Technical University of Denmark.

"Dengan ASIM, kita akan lebih memahami proses kompleks dari petir atmosfer atas, yang juga merupakan elemen dari petir biasa, meskipun mereka mengambil bentuk yang berbeda. Pemahaman ini dapat meningkatkan teknologi untuk mendeteksi petir biasa," lanjutnya.

Investigasi ini juga membantu memperjelas efek badai petir di atmosfer, ionosfer dan sabuk radiasi, serta memantau masuknya meteor di lingkungan Bumi dan efeknya pada atmosfernya. Blue jet di puncak awan badai, misalnya, mengubah konsentrasi gas rumah kaca yang dapat mempengaruhi stratosfer.

Jenis pembuangan dan strukturnya membantu para ilmuwan lebih memahami struktur atmosfer di mana mereka terjadi dan daya petir yang menggerakkan mereka.

"Kami akan belajar lebih banyak tentang awan badai petir dan struktur halus dari stratosfer dan mesosfer, yang selama ini sedikit diketahui," ujar Neubert.

Artikel terkait: Kata Astronom, Inilah Planet yang Sungguh Dapat Kita Huni

Berdasarkan video yang diambil oleh astronot ESA, Andreas Mogensen, dari stasiun luar angkasa pada tahun 2015, para ilmuwan telah belajar lebih banyak tentang jenis awan apa yang membuat aktivitas seperti itu, dan petir itu berasal dari awan pada ketinggian sekitar 10,5 mil (17 km). "Ini adalah hasil ilmiah yang kuat yang pertama kalinya mendokumentasikan seberapa aktif puncak awan badai dapat terjadi," tambahnya.

Pengamatan ASIM juga meningkatkan pemahaman tentang pengaruh badai debu, polusi perkotaan, kebakaran hutan, dan gunung berapi pada pembentukan awan dan elektrifikasi, dan hubungan aktivitas petir dengan intensifikasi badai petir. Itu bisa membantu kita semua untuk hidup lebih bahagia selamanya.