Nationalgeographic.co.id—Belajar membaca adalah salah satu tahap perkembangan pada anak. Namun, tidak jarang proses belajar dan mengajar membaca menjadi hal yang sulit baik bagi orang tua, guru maupun anak itu sendiri.
Baru-baru ini, tim ilmuwan gabungan dari Italia dan Swiss mendemonstrasikan bahwa kemampuan membaca anak dapat ditingkatkan melalui video gim. Studi mereka telah dipublikasikan di laman Nature dengan judul Enhancing reading skills through a video game mixing action mechanics and cognitive training pada 17 Januari 2021.
Dilansir dari Sci Tech Daily, melafalkan huruf adalah poin inti dalam proses belajar membaca, namun itu saja tidak cukup. Daphné Bavelier merupakan profesor psikologi di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan dari Universitas Jenewa mengatakan bahwa membaca membutuhkan beberapa mekanisme penting lainnya yang tidak semerta-merta terpikir sebelumnya.
"Mengetahui bagaimana menggerakan mata kita pada halaman atau bagaimana menggunakan memori kerja kita untuk menghubunhkan kata-kata dalam kalimat yang koheren," jelas Daphné.
"Keterampilan lain ini, seperti penglihatan, penyebaran perhatian, memori kerja, dan fleksibilitas kognitif, diketahui dapat ditingkatkan dengan video gim aksi,” tambah Angela Pasqualotto, penulis pertama studi ini, yang didasarkan pada tesis PhD-nya di Departemen Psikologi dan Ilmu Kognitif, Universitas Trento.
Dengan pemikiran seperti itu, video gim aksi ramah anak dirancang yang menggabungkan video gim itu sendiri dengan permainan mini yang melatih fungsi eksekutif yang berbeda, seperti memori kerja, penghambatan, dan fleksibilitas kognitif, atau fungsi-fungsi otak yang bekerja dalam proses membaca.
“Video gim ini adalah dunia alternatif di mana seorang anak ditemani oleh Raku-nya, sesosok makhluk terbang. Mereka harus menjalankan misi yang berbeda untuk menyelamatkan planet untuk menyelesaikan gim,” tambah Angela Pasqualotto.
Intinya adalah untuk mereproduksi komponen-komponen gim aksi tanpa memasukkan kekerasan, sehingga cocok untuk anak kecil. Misalnya, Raku terbang melalui hujan meteor, anak harus memainkan Raku untuk bergerak menghindari meteor atau membidiknya, sambil mengumpulkan sumber daya yang berguna dalam permainan.
Dalam penelitian ini para ilmuwan melibatkan 150 anak pada sebuah sekolah di Italia berusia 8 hingga 12 tahun. Jumlah tersebut dibagi menjadi dua kelompok; yang pertama memainkan gim yang dikembangkan oleh tim peneliti dan yang kedua memainkan Scratch, sebuah gim yang mengajarkan anak-anak cara membuat kode.
Kedua permainan membutuhkan perhatian dan fungsi eksekutif, tetapi dengan cara yang berbeda. Permainan video gim aksi mengharuskan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas dalam batas waktu, seperti mengingat urutan simbol atau hanya menanggapi ketika Raku mengeluarkan suara tertentu sambil meningkatkan kesulitan tugas-tugas ini sesuai dengan kinerja anak.