Apa yang Sebenarnya Terjadi Pada Tubuh Ketika Anda Mengalami Stroke?

By National Geographic Indonesia, Kamis, 26 April 2018 | 12:00 WIB
Ilustrasi stroke pada otak. (Lutfi Fauziah)

Hampir 140.000 orang Amerika meninggal setiap tahun karena stroke, yang merupakan salah satu dari lima penyebab kematian di negara tersebut. Penyakit ini juga merupakan penyebab utama kecacatan, mengurangi mobilitas pada banyak korban yang berusia di atas 65 tahun.

Stroke umumnya disebut sebagai serangan otak, yang dapat terjadi ketika darah dan oksigen tidak dapat mencapai otak. Penyakit ini dapat memiliki efek langsung, tergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh.

Menurut Stroke Association, ada dua jenis utama stroke. Stroke iskemik didefinisikan sebagai "sumbatan yang memotong suplai darah ke otak, sementara stroke yang disebabkan oleh pendarahan di atau sekitar otak disebut sebagai stroke hemoragik.

(Artikel terkait: Es Loli dari Taiwan Ini Penuh dengan Plastik dan Sampah Lainnya)

Stroke iskemik adalah yang paling sering terjadi, di mana sekitar 87% dari semua kasus stroke berasal dari jenis ini. Hal ini terjadi karena pembentukan substansi lemak yang mengeras di arteri yang dapat menyebabkan potongan plak yang terpisah, yaitu gumpalan darah. Biasanya, gumpalan akan menempel sendiri di arteri yang menghubungkan ke otak, mencegah aliran darah yang penting.

Di sisi lain, pada stroke hemoragik yang jarang terjadi, pembuluh darah itu sendiri pecah. Pembuluh darah mungkin terletak di dalam otak atau di permukaan otak. Pecahnya pembuluh darah tersebut bisa menyebabkan pembengkakan dan pendarahan di sekitar tengkorak serta kerusakan sel dan jaringan di sekitarnya.

Setelah stroke terjadi, orang tersebut akan menampilkan satu atau lebih tanda-tanda yang terlihat, seperti berbicara cadel. Tanda utama lainnya adalah mati rasa dan kelemahan pada satu sisi wajah dan tubuh. Misalnya, salah satu mata atau satu sisi mulut mungkin terkulai.

(Artikel terkait: Benarkah Perilaku Hewan Bisa Menjadi Tanda Akan Terjadi Gempa Bumi?)

Orang itu mungkin juga tidak bisa menggerakkan lengan atau tungkai di satu sisi tubuh. Gejala lain antara lain kebingungan tiba-tiba, penglihatan kabur, kehilangan keseimbangan, kurangnya koordinasi, dan sakit kepala akut.

"Hal tersulit yang harus Anda lakukan adalah mengenali gejala stroke," kata Jean D. Luciano, CRNP, wakil direktur Stroke Team di Comprehensive Stroke Center di Penn Medicine dan praktisi perawat di Penn Medicine Neuroscience Centre.

"Jika Anda mengamati gejala apa pun, Anda harus segera menelepon 911," ujarnya, menekankan bahwa pengobatan sangat sensitif terhadap waktu, sehingga orang harus bereaksi dengan cepat.

National Institutes of Health (NIH) mencatat banyak faktor risiko untuk stroke, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung. Penggunaan alkohol dan kokain, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan diet yang tidak sehat juga dianggap sebagai faktor risiko stroke. Mereka yang memiliki saudara yang mengalami stroke juga berisiko tinggi.