Kenaikan Permukaan Laut: Maladewa Tidak Bisa Lagi Dihuni Pada 2030

By , Minggu, 29 April 2018 | 13:00 WIB
Ilustrasi gelombang laut tinggi. (Citra Anastasia)

Sebuah penelitian terbaru menyatakan, pulau-pulau tropis dataran rendah kemungkinan tidak akan bisa ditempati lagi dalam 30 tahun mendatang akibat kenaikan permukaan laut dan gelombang yang menyebabkan banjir.

Para ilmuwan memperingatkan, cadangan air di atol (pulau karang yang mengelilingi danau atau laguna) di Samudra Pasifik dan Hindia akan sangat rusak karena perubahan iklim sehingga tidak bisa lagi mendukung kehidupan manusia.

Mereka memprediksi, titik kritis akan menemui waktunya pada pertengahan abad ini – ketika air tanah yang bisa diminum, hilang sepenuhnya.

(Baca juga: Yang Terjadi Pada Alam Liar Chernobyl Setelah Bencana Nuklir)

Pulau-pulau ‘surga’ yang menjadi destinasi liburan seperti Seychelles dan Maladewa juga akan terpengaruh. Dimulai pada tahun 2030.

Para peneliti dari US Geological Survey (USGS) dan University of Hawaii berfokus pada pulau Roi Namur, di Republik Kepulauan Marshall sebagai lokasi studi. Penelitian mulai dilakukan sejak November 2013 hingga Mei 2015.

Sumber utama air tawar untuk pulau-pulau atol adalah hujan yang meresap ke tanah. Namun, naiknya permukaan air laut diperkirakan akan menghasilkan badai dan gelombang besar yang menyapu dan melintasi pulau-pulau dataran rendah. Fenomena itu dikenal dengan nama overwash. Nantinya, proses overwash membuat air tawar di atol tak cocok lagi untuk dikonsumsi manusia.

Para peneliti menggunakan berbagai macam skenario perubahan iklim untuk memproyeksikan dampak kenaikan permukaan laut dan gelombang di wilayah tersebut.

Mereka memprediksi, berdasarkan tingkat emisi gas rumah kaca global saat ini, overwash akan menjadi peristiwa tahunan di pulau-pulau atol mulai pertengahan abad ke-21.

Sementara itu, hilangnya air tanah yang dapat diminum , akan terjadi mulai tahun 2030 hingga 2060. Kemungkinan membutuhkan relokasi penduduk dan investasi pada infrastruktur baru.

Dr. Stephen Gingerich, wakil pemimpin penelitian dan ahli hidrologi dari USGS mengatakan: “Peristiwa overwash menyebabkan air laut merembes ke tanah dan mencemari akuifer air tawar. Curah hujan akhir tahun tidak cukup untuk menyiram air asin dan menyegarkan kembali pasokan air,” paparnya.

(Baca juga: ‘Rip Van Winkle’, Tanaman yang Bisa Hibernasi Selama 20 Tahun)