Lambang di Situs Makam Sunan Gunung Jati: Freemason Ada di Cirebon?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 21 Januari 2022 | 08:00 WIB
Keramik di sebuah tugu situs pemakaman Sunan Gunung Jati ini memiliki simbol Freemason di dalamnya (pojok kanan bawah keramik). Apakah organisasi persaudaraan ini pernah ada di Cirebon? (Mauritz/Merah Putih)

"Patut diduga bahwa keramik berlogo Freemasonry berasal dari Eropa dan merupakan hadiah dari Eropa untuk keraton Kanoman sehingga jika pemasangannya di gerbang Makam Sunan Gunung Jati dilakukan sebelum abad 19, maka bukan merupakan kesengajaan," lanjut para peneliti.

Namun, keramik-keramik di gerbang sebenarnya memiliki ornamen begaya Tionghoa, Jawa, dan Timur Tengah yand dipadukan.

Baca Juga: Tujuh Perkara yang Mungkin Belum Anda Ketahui Tentang Fakta Freemason

Para peneliti menyarankan pendalaman sejarah pembangunan kompleks makam dan pemugarannya. Sebab, ternyata Bataviaasch Genootschap, sebuah lembaga pelestarian kebudayaan yang dibentuk oleh Freemasonry Hindia Belanda, pernah melakukan perekaman dan pencatatan terhadap bangunan di Cirebon. 

Tahun 1934, lembaga itu bahkan beraktivitas di Bale Mangoe Astana Gunung Jati yang menarik dikaji lebih dalam.

Dokumentasi terkait aktivitas Freemasonry di Cirebon dapat diketahui dari Loji Humanitas di Tegal yang bediri sejak 1897. Asep dan tim menyebut, anggota loji itu selain dari Tegal adalah dari daerah-daerah sekitar seperti Cirebon, Pemalang, dan Pekalongan dengan anggota yang tidak pernah lebih dari 45 orang.

Loji Humanitas di Tegal. Anggota Freemason yang tercatat di loji ini tersebar dari Tegal dan daerah sekitarnya, termasuk Cirebon. (De Vriendschap 1917)

Sementara Gedenboek Vrijmestalrij mencatat bahwa tahun 1893 sudah banyak orang Freemason yang belum diakui secara resmi oleh loji.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terdapat Freemason dari wilayah Cirebon namun belum teridentifikasi dengan jelas," para peneliti berpendapat. "Catatan lain menunjukkan bahwa terdapat beberapa Freemason yang tinggal di Cirebon pada tahun 1910."

Barulah pada 1 Maret 1920, perkumpulan Freemasonry di Cirebon diresmikan dengan berdirinya Freemasonry Kring Cirebon (Vrijmetselarij-Kring Cheribon". Ketua yang menjabat pertama kali adalah Dr. H.J van der Schroeff, berdasarkan catatan yang ditemukan Asep dan tim.

Baca Juga: Singkap Jejak Kediaman Sang Mayor yang Meraja Gula di Surabaya

Awalnya Freemason di Cirebon sebelum adanya Kring berdiri diisi oleh orang-orang Belanda. Orang Cirebon yang diketahui pertama kali masuk Freemason adalah R.M.A Pandji Ariodinoto, bupati Cirebon periode 1920-1927. Lambat laun banyak pula orang bumiputera yang mengikuti persaudaraan lintas negara ini di Cirebon.

"Ketertarikan dan bergabungnya para priyayi di Jawa ke dalam Freemasonry tidak terlepas dari strategi propaganda oleh R.M.A.A Poerbo Adiningrat yang membentuk sebuah komisi bernama Voorloopig Programma der Comissie voor het propageeren der Maconnieke idéé in de Inlandsche Maatschappij," ungkap Asep dan tim.

Strategi yang diterapkan ini merayu kalangan bumiputera untuk bergabung, seperti penyebaran tulisan terkait Freemason dengan perspektif Jawa, membangun kontak dengan loji-loji terdekat, mengadakan survei priyayi yang berpengaruh dalam gerakan rakyat atau terpandang, membuat pendidikan dan beasiswa, dan memfasilitasi kontrak pengangkatan.

R.M.A  Pandji Ariodinoto sendiri adalah ipar dari R.A.A Salmon Salam Soerjadiningrat (bupati Cirebon periode 1902-1920). Selain itu dia juga anggota Volksraad sebagai wakil kelompok Politiek Economische Bond (P.E.B).

Baca Juga: Coba Lihat ke Dalam, Bangunan Freemason yang Berada di New York