Nationalgeographic.co.id—Sama seperti kawasan Kota Lama di Semarang, Jakarta, dan Bandung, Kupang juga memiliki kawasan Kota Lama yang tak sepopuler dari 3 kota besar tersebut. Kawasan Kota Lama Kupang atau KKLK terletak pada Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam jurnal yang ditulis Wilson M.A. Therik, Mahasiswa Program Studi Doktor Studi Pembangunan Fakultas Interdisiplin Universitas Kristen Satya Wacana yang berjudul Kota Kupang sebagai Heritage City, bahwa sebagian besar dari Kawasan Kota Lama Kupang merupakan gedung dan rumah tua peninggalan Belanda.
KKLK pada zamannya adalah pusat perdagangan antar pulau terutama kayu cendana. Menurut penulis terdahulu Leirisa (1983), pulau Timor terutama Kupang mulai ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Jawa pada abad 15 untuk membeli/berdagang cendana. Pada awal abad 17, ada dua kekuasaan asing yang bersaing dalam perdagangan cendana, yaitu Portugis dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Tidak cukup hanya dengan berjalan kaki untuk menjangkau KKLK, membutuhkan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan agar dapat mengelilingi KKLK, mengingat tak semua jalur dilalui oleh kendara umum.
“… KKLK sebagai bagian dari destinasi sejarah karena sesungguhnya pada bulan April 2014, Kota Kupang telah ditetapkan sebagai salah satu Kota Pusaka/Kota Warisan Budaya (Heritage City) di Indonesia,” demikian Timor Express melansir pada edisi 24 Juni 2014.
Bangunan-Bangunan yang Memudar Pada KKLK
Kupang yang terletak di ujung pulau Timor sudah sejak lama menjadi pelabuhan perdagangan penting pada abad 17. Bangunan-bangunan tua peninggalan masa kolonial yang berdiri menjadi bukti nyata. Kawasan ini terletak di pinggir pantai, dekat dengan pelabuhan lama atau Dermaga Lama Kupang yang kini sudah tidak berfungsi lagi.
“Dermaga Lama Kupang, Pelabuhan perdagangan terutama untuk Kayu Cendana yang terkenal hingga mancanegara pada masa pemerintah Belanda, kini tidak digunakan lagi,” tulis Wilson.
Walau pelabuhan ini sudah tidak berfungsi lagi, dermaga masih dijadikan lokasi untuk menikmati senja, wisata kuliner seperti jagung bakar dan singkong, dan dijadikan spot foto oleh warga setempat.
Kemudian terdapat gedung Gereja Kristen Protestan Kota Kupang yang pertama di dirikan di pulau Timor. Gedung gereja ini sudah terdaftar sebagai benda cagar budaya, terawat dengan baik, dan masih digunakan untuk kegiatan geraja.
Jalan sedikit dari gereja, terdapat bangunan yang dulunya adalah Rumah Jabatan Asisten Residen Kupang. Bangunan ini pernah beralih fungsi sebagai Kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kupang, namun saat Pusat Pemerintahan Kabupaten Kupang berpindah ke Oelamasi (36 km dari kota Kupang) gedung ini dibiarkan kosong dan sempat dimanfaatkan oleh pemuda gereja dalam beberapa kegiatan gerejawi.
“Kini gedung ini dalam proses renovasi oleh pengusaha yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang untuk dijadikan destinasi,” terang Wilson pada jurnalnya.
Bangunan pabrik es Minerva, bangunan ini masih dimanfaatkan sebagai pabrik es sampai akhir tahun 1990-an. Setelahnya, bangunan ini tidak dimanfaatkan dan dibiarkan terlantar. Dalam jurnal yang mengutip dari Pos Kupang edisi 5 Juli 2017, ternyata bangunan ini didesain oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Bersebelahan dengan pabrik es Minerva, terdapat bangunan Elektrische centrale te Koepang (Kantor Listrik Kupang). “Bangunana ini merupakan kantor listrik di era pemerintahan Belanda, dan kini dimanfaatkan sebagai kantor PT. Sulung Budi yang merupakan dealer resmi untuk ban mobil Goodyear dan juga salah satu agen penyalur BBM Pertamina,” tulis Wilson dalam jurnalnya.
Tugu Hak Asasi Manusia di Kupang
Pada penelitian Wilson, wartawan senior sekaligus sejarahwan Timor, Peter A. Rohi, dalam Seminar Sehari bertema “Mencari Jejak Kota Kupang” yang diselenggarakan pada 2011 di Aula Sasando Kantor Walikota Kupang mengungkapkan bahwa Tugu Pancasila merupakan Tugu Hak Asasi Manusia yang dibangun pada Desember 1945. Tugu ini dibangun karena inisiatif dari para pemuda Kupang yang berkuliah merantau ke Surabaya, para pemuda dipimpin oleh Marus Rihi.
“Saat itu ada perang sekutu dan ketika ke Kupang masih ada sekutu. Para pemuda ini membuat tugu dan menghadap ke benteng Fort Concordia (kini difungsikan sebagai Markas Batalyon Infranteri 743/PSY TNI AD) untuk memperingati para tentara Australia agar tidak membuat masalah di Kota Kupang,” ungkap Peter A. Rohi pada penelitian Wilson.
Tugu Pancasila ini memiliki empat pondasi yang diartikan sebagai bebas berbicara, bebas beragama, bebas kemiskinan, dan bebas ketakutan dari perang. Dalam penelitian, ini tidak menutup kemungkinan jika Tugu Pancasila ini adalah Tugu HAM yang pertama didirikan di dunia!
“Saat Presiden Soekarno ke Kupang dan sering berpidato, maka sebagai kenangan kepadanya, tugu tersebut direnovasi pada Tahun 1949 dan menjadi lima lingkar Pancasila,” lanjut Rohi yang dilansir Pos Kupang edisi 26 April 2015.
Baca Juga: Gerakan Pungut Sampah di Kupang, Bersama Saya Pilih Bumi Regional Kupang