Di sisi lain, kloning digital sangatlah bergantung pada jumlah data yang masuk demi keakuratan di dalamnya. Data bisa didapatkan dengan menyedot informasi dari dunia nyata yang memiliki pertanyaan tentang keamanan siber terkait pengawasan dan privasi.
17 Desember 2021, Unity menerbitkan artikel berjudul Human-centric computer vision with Unity Synthetic Data di arXiv.org. Mereka menyampaikan bahwa mesin permainannya adalah wadah simulasi kerumunan orang. Induk data bernama PeopleSansPeople akan menganonimkan data yang dikumpulkan tentang manusia tentang kehidupannya, dan operator lunak dapat memodulasi penampilan orang-orang tersebut agar membuat kumpulan data yang lebih dapat disesuaikan.
Agar membangun lingkungan simulasi, khususnya arus penyebaran manusia secara tepat, perusahaan itu bekerja sama dengan beberapa bandara. Data itu menjadi pergerakan kembaran dunia digital pada berbagai bandara yang dapat dimunculkan sebagai peta rinci.
“Dan itu perlu diambil secara lokal, untuk mengetahui apa yang terjadi di bagian tertentu dari bandara. Persatuan dapat membawa semuanya, dan kami dapat mengeluarkan informasi itu.” Melalui Unity, manajer bandara dapat melihat apa yang terjadi di Gerbang A-32 dan bahkan memiliki akses ke audio lokal," urai Crystal Gracia dari divisi Market Industri Unity ketika mendemonstrasikan kloning digital Bandara Vancouver, Kanada.
“Singapura [Bandara Changi] benar-benar luar biasa karena mereka bekerja untuk menciptakan pengalaman, seperti mengumpulkan poin melalui ritel."
Baca Juga: Hitam-Putih Dampak Bermain Gim di Masa Pandemi, Ini Saran Peneliti
Lange menambahkan, "membutuhkan pengalaman bermain game kami untuk membuat NPC dalam game, menjadikannya tersedia untuk menciptakan sistem visi komputer yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia—untuk memahami pose manusia. Kami melakukannya tanpa menggunakan orang sungguhan, jadi kami benar-benar mengendalikan bias."
"Tentu saja kami menjadi model dengan orang-orang nyata, tetapi pada akhirnya, ada seorang seniman yang masuk ke sana. Anda tidak akan dapat mengenali salah satu dari orang-orang ini. Itu adalah template," ujarnya terkait keamanan privasi.
Melansir Vice, Unity punya kontrak dengan militer Amerika Serikat. Pihak militer menggunakan perangkat lunak Unity untuk menggantikan program pelatihan di dunia nyata seperti amunisi. Lange menjelaskan, program yang dipakai dalam proyek itu menghasilkan gambaran pelatihan dengan persenjataan yang tidak meledak lewat data sintetis untuk dideteksi dan diidentifikasi keberadaannya.
Baca Juga: Metaverse: Dunia Virtual dalam Digital. Apakah Kita Membutuhkannya?