Sekelumit Sejarah Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu dari Masa ke Masa

By Galih Pranata, Selasa, 25 Januari 2022 | 15:00 WIB
Pabrik Gula Tasikmadu, proyek industri gula Mangkunegara IV di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Sejak abad ke-19 di Vorstenlanden, perkebunan tebu dan industri tebu menemukan gairahnya. Sebagian perkebunan dan pabrik gula itu milik Mangkunegaran.

Pengaruhnya sampai ke wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Mangkunegara IV menginisiasi untuk mengeksploitasi lahan milik Keraton Mangkunegaran untuk dibangun perkebunan tebu dan perindustriannya.

Pabrik gula pertama yang dibangun oleh Mangkunegara IV adalah Pabrik Gula Colomadu pada tahun 1861, disusul pembangunan pabrik gula kedua tahun 1871 yang diberi nama Pabrik Gula Tasikmadu.

"Terjadi reorganisasi agraria di Mangkunegaran yang secara resmi dilakukan tahun 1917-1926, membawa perubahan tentang hak kepemilikan dan penguasaan tanah," ungkap Wasino, profesor di bidang Ilmu Sejarah dari Universitas Negeri Semarang.

Dampak reorganisasi agraria bagi pabrik gula Tasikmadu yaitu sulitnya mencari lahan persewaan tanah untuk perkebunan tebu. Bekel yang telah menerima tanah bengkok-nya enggan menyewakan tanah kepada pabrik gula.

Meski mengalami kesulitan di masa reorganisasi agraria, industri PG (Pabrik Gula) Tasikmadu menemukan puncak kesuksesannya sekitar tahun 1928-1929.

Rantikah dalam risetnya tentang Pabrik Gula Tasikmadu, ditulisnya kepada jurnal Mozaik. Jurnalnya berjudul Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu di Mangkunegaran Tahun 1917-1935, publikasi 2021.

Menurutnya, kesuksesan PG Tasikmadu beriringan dengan perluasan areal perkebunan, perbaikan irigasi, penggunaan bibit unggul, menambah dan memperbaiki mesin-mesin pabrik.

Berbeda dengan kisah penuh duka dan pilu di pabrik-pabrik gula yang didirikan Belanda, pabrik gula yang didirikan Mangkunegaran menyimpan kisah manis dan dikenang masyarakatnya, utamanya di wilayah Karanganyar.

"Sebagian keuntungan dari laba pabrik gula, disisihkan untuk sebuah dana yang akan digunakan untuk kepentingan rakyat yang tinggal di sekitar pabrik gula. Dana tersebut merupakan dana penduduk (Bevolkingfonds)," imbuh Rantikah.

Pada saat krisis malaise melanda dunia sejak 1880, dampaknya telah tercium hingga ke Jawa. PG Tasikmadu turut terdampak, di mana dilakukan pembatasan penanaman tebu, dan waktu penanaman tebu. 

Baca Juga: Zaman Hindia Belanda, Pabrik Gula Dorong Kemajuan Infrastruktur Klaten