Ramisyllis kingghidorahi, Spesies Baru Cacing Bercabang dari Jepang

By Maria Gabrielle, Kamis, 27 Januari 2022 | 13:00 WIB
Penampakan cacing bercabang, Ramisyllis kingghidorahi. (M.T. Aguado)

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan bawah laut masih menyimpan banyak misteri dan menarik untuk dipelajari. Salah satunya ada spesies baru dari cacing laut yang ditemukan oleh para peneliti di Jepang.

Cacing laut ini unik dan menarik karena memiliki satu kepala dan tubuh yang bercabang. Konfirmasi spesies baru diumumkan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor M. Teresa Aguado dari Universitas Göttingen, Jerman.

Awalnya, Profesor Aguado mendapat kiriman gambar cacing aneh oleh para peneliti di Jepang, kemudian mengadakan kunjungan lapangan guna memerika dan mengkonfirmasi temuan tersebut. Dilansir dari Newsweek, hewan ini ditemukan di perairan pesisir pulau Sado, Jepang.

Spesies baru ini diberi nama Ramisyllis kingghidorahi, merujuk pada monster musuh Godzilla, Raja Ghidorah, kaiju dengan kemampuan meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Hewan ini hidup di dalam spesies yang tidak terdeskripsikan dari genus spons Petrosia.

“Kami tercengang menemukan makhluk aneh lainnya dengan hanya satu kepala dan tubuh yang terbentuk dari banyak cabang. Cacing pertama yang dianggap unik. Penemuan ini mengungkapkan keragaman yang lebih tinggi (mengenai) hewan seperti pohon daripada yang diperkirakan siapapun,” ujar Profesor M. Teresa Aguado dalam sebuah pernyataan.

Studi tentang Ramisyllis kingghidorahi telah dipublikasikan di jurnal Organism Diversity & Evolution dengan judul Ramisyllis kingghidorahi n. sp., an new branching annelid from Japan pada 19 Januari 2022.

Para penulis studi ini memiliki hipotesis terkait evolusi pola tubuh bercabang Ramisyllis kingghidorahi. Melansir Sci News, mereka berpendapat ini merupakan adaptasi untuk hidup di dalam sistem kanal labirin spons inang mereka.

“Kemampuan untuk menghasilkan segmen posterior baru di sepanjang hidup mereka (ciri khas dari banyak cacing) bersama dengan kapasitas regeneratif mereka dan kemampuan untuk menghasilkan beberapa segmen yang baru terbentuk secara simultan selama reproduksi, mungkin menjadi dasar evolusi tubuh bercabang,” ungkap para peneliti.

Baca Juga: Lindungi Predator, Cacing Lapis Baja Asal 400 Juta Tahun Makan Sampah

Profesor Aguado menambahkan para ilmuwan belum memahami sifat hubungan antara cacing bercabang dan spons inangnya. Termasuk apakah itu hubungan simbiosis di mana kedua makhluk memberi manfaat atau bagaimana cacing makan untuk mempertahanan tubuh besar mereka yang hanya memiliki satu mulut kecil.

Perilaku aneh cacing juga difilmkan oleh para ilmuwan. Dalam satu klip, Ramisyllis kingghidorahi direkam "mengguncang" yang diyakini para ilmuwan terkait dengan distribusi sel reproduksi oleh cacing di lingkungannya.

Ramisyllis kingghidorahi merupakan spesies ketiga dari syllid bercabang dan yang kedua dalam genus Ramisyllis. Di antara lebih dari 20.000 spesies annelida atau cacing bersegmen, sebelumnya hanya ada dua spesies cacing bercabang yakni Syllis ramosa dan Ramisyllis multicaudata.

Kedua spesies ini memiliki tubuh bercabang yang tidak biasa dengan satu kepala dan hidup di dalam kanal spons inang. Profesor M. Teresa Aguado mengatakan pada tahun 1879 dokter dari Skotlandia dan ahli zoologi kelautan William Carmichael M’Intosh menerbitkan deskripsi ‘syllid bercabang yang luar biasa’ tentang Syllis ramosa yang dikumpulkan selama Ekspedisi Challenger, salah satu ekspedisi sejarah alam paling signifikan pada abad ke-19.

Syllis ramosa ditemukan dalam spons hexactinellid Crateromorpha meyeri pada kedalaman 175 meter dekat Cebu, di Filipina. Sedangkan spesies kedua, Ramisyllis multicaudata, dideskripsikan dari perairan dangkal pesisir Darwin, Australia Utara, pada tahun 2012 lalu.

Analisis menunjukkan spesies yang ditemukan di Australia, Ramisyllis multicaudata dan spesies baru dari Jepang, Ramisyllis kingghidorahi memiliki nenek moyang yang sama. Menurut para peneliti mungkin sekali sehubungan dengan dari mana tubuh bercabang asimetris mereka berasal.

Baca Juga: Pyrosome Seperti Cacing Misterius Raksasa, Padahal Bukan Hewan Tunggal