Selidik Ahli Epigrafi: Nusantara dan Skandal Ilmiah Sejarah Majapahit

By Mahandis Yoanata Thamrin, Rabu, 26 Januari 2022 | 09:00 WIB
Surya Majapahit, lambang kerajaan Majapahit. Kejayaan dan kekayaan kerajaan ini meninggalkan laksa kisah sejarah. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Dalam lampirannya terdapat secarik peta wilayah Indonesia―terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud―dengan judul Daerah Nusantara dalam Keradjaan Madjapahit. Tentang peta ini Djaffar mengungkapkan bahwa “gagasan persatuan ini oleh para sejarawan telah ditafsirkan sebagai wilayah Majapahit sehingga seolah ada penaklukan. Itu salahnya!”

Yamin, dalam buku tersebut, juga menampilkan foto sekeping terakota yang mewujudkan sosok wajah lelaki berpipi tembem dan berbibir tebal. Di bawah foto sosok itu, Yamin dengan keyakinan ilmu firasat menuliskan, “Gajah Mada... Rupanya penuh dengan kegiatan yang mahatangkas dan air mukanya menyinarkan keberanian seorang ahli politik yang berpemandangan jauh.” Namun, belakangan saya menyaksikan kepingan terakota itu di Museum Trowulan yang sejatinya bagian dari celengan kuno dan tidak ada kaitannya dengan Gajah Mada.

Dan, buku Yamin itu―secara tak kita sadari―telah menjadi panutan dari sekolah-sekolah dasar di Indonesia hingga lembaga pemerintahnya. Kini, sebuah patung lelaki bertubuh gempal dengan wajah seperti dalam buku Yamin itu telah berdiri di halaman Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Kebayoran Baru. “Itu skandal ilmiah dalam sejarah,” ujar Hasan.

Kisah ini pernah terbit pada 13 Oktober 2013, yang dinukil dari kisah feature Metropolitan yang Hilang, terbit di National Geographic Indonesia edisi September 2012.

Baca Juga: Grogol, Pedesaan Kalangan Bangsawan Majapahit di Pinggiran Trowulan