Bahan Kimia pada Plastik Diduga Bisa Meningkatkan Berat Badan

By Maria Gabrielle, Sabtu, 29 Januari 2022 | 10:00 WIB
Ilustrasi penggunaan plastik untuk wadah makanan. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id - Dalam kehidupan sehari-hari manusia kerap menggunakan plastik untuk berbagai kebutuhan. Salah satunya penggunaan plastik untuk menyimpan makanan maupun minuman. Bahan serbaguna ini dipakai karena murah, praktis, dan menjaga keawetan dari makanan itu sendiri.

Meski umum digunakan, tidak dapat dimungkiri ada dampak buruk dari penggunaan plastik. Selain berdampak buruk terhadap lingkungan, plastik mengandung ribuan bahan kimia berbeda yang memengaruhi metabolisme tubuh dan berat badan.

Dilansir dari Sci Tech Daily, sekelompok peneliti dari Departemen Biologi, Norwegian University of Science and Technology, meneliti 34 produk plastik berbeda di laboratorium untuk melihat bahan kimia apa yang dikandungnya. Produk plastik yang diteliti adalah produk yang banyak digunakan sehari-hari, seperti wadah yoghurt, botol minuman, dan spons cuci piring.

Penelitian mereka dengan judul Adipogenic Activity of Chemicals Used in Plastic Consumer Products telah dipublikasikan pada laman American Chemical Society pada 26 Januari 2022. Dalam jurnalnya mereka menemukan lebih dari 55.000 komponen kimia yang berbeda dan mengidentifikasi 629 zat dalam produk-produk tersebut. Sebelas di antaranya diketahui dapat mengganggu metabolisme yang disebut bahan kimia pengganggu metabolisme.

“Eksperimen kami menunjukkan bahwa produk plastik biasa mengandung campuran zat yang dapat menjadi faktor relevan dan diremehkan di balik kelebihan berat badan dan obesitas,” kata Martin Wagner, profesor di Departemen Biologi, Norwegian University of Science and Technology.

Baca Juga: Studi Baru: Bahan Plastik dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Selama ini para ahli percaya bahwa sebagian besar bahan kimia yang terdapat dalam plastik akan tetap terus berada di plastik. Namun, tim Wagner baru-baru ini menunjukkan bahwa plastik melarutkan sejumlah besar bahan kimia yang dikandungnya sehingga memungkinkan untuk masuk ke dalam tubuh.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa beberapa produk plastik mengandung bahan kimia pengganggu endokrin yang dapat memengaruhi perkembangan dan kesuburan. Sekarang tampaknya mereka juga dapat berkontribusi pada penambahan berat badan.

Ditemukan bahwa bahan kimia dari sepertiga produk plastik yang diselidiki dalam studi baru tersebut berkontribusi pada pengembangan sel lemak. Hal ini dibuktikan oleh para peneliti dalam eksperimen mereka, zat-zat dalam produk ini memprogram ulang sel-sel prekursor menjadi sel-sel lemak yang berkembang biak lebih banyak dan mengumpulkan lebih banyak lemak.

Hasil penelitian juga menunjukkan meskipun tidak semua produk plastik mengandung zat pengganggu metabolisme, mereka juga tetap menginduksi perkembangan sel-sel lemak. Berdasarkan hal ini, para peneliti secara pasti yakin bahwa plastik mengandung bahan kimia tidak teridentifikasi yang mengganggu cara tubuh kita menyimpan lemak.

Baca Juga: Ingin Ramah Lingkungan, Ilmuwan Tiongkok Ciptakan Plastik dari Sperma

“Sangat mungkin bukan hal biasa, seperti Bisphenol A, yang menyebabkan gangguan metabolisme. Ini berarti bahwa bahan kimia plastik lain selain yang sudah kita ketahui dapat berkontribusi terhadap kelebihan berat badan dan obesitas,” kata Johannes Völker, penulis pertama dari penelitian ini.

Untuk mencari tahu mengapa produk plastik berkontribusi pada kelebihan berat badan dan obesitas memang kompleks, mengingat bahan kimia yang terkandung pada produk plastik mungkin merupakan faktor yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya. Bahan kimia ini termasuk ftalat dan bisfenol, tetapi studi baru menunjukkan bahwa ada lebih banyak zat yang memicu efek bermasalah ini.

Diketahui kegemukan dan obesitas berkontribusi pada beberapa penyebab kematian paling umum di dunia. Sebut saja penyakit kardiovaskular dan kanker. Mereka juga dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap berbagai infeksi, seperti efek COVID-19.

Diperkirakan ada sekitar dua miliar orang di dunia mempunyai berat badan berlebih, sekitar 650 juta di antaranya termasuk dalam kategori obesitas dan jumlah ini akan terus bertambah ke depannya.