Dampak Perubahan Iklim, Tanaman di Inggris Raya Berbunga Lebih Cepat

By Maria Gabrielle, Sabtu, 5 Februari 2022 | 14:00 WIB
Tanaman apple blossom yang mekar di musim semi. (Ulf Büntgen)

Nationalgeographic.co.id - Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim dunia yang mengganggu tatanan lingkungan. Mulai dari naiknya permukaan air laut hingga cuaca yang semakin ekstrem. Bahkan dari penelitian baru ditemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan tanaman di Inggris Raya berbunga satu bulan lebih awal.

Studi ini dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Cambridge, Inggris. Temuan telah dipublikasikan pada laman Proceedings of The Royal Society B dengan judul "Plants in the UK flower a month earlier under recent warming" pada awal Februari ini.

Dilansir dari SciTechDaily, para ahli berpendapat perubahan yang terjadi akan memiliki konsekuensi mendalam bagi satwa liar hingga dunia pertanian. Dalam penelitiannya, tim menggunakan 400.000 observasi pada 406 spesies tanaman dari "Kalender Alam" atau Nature's Calendar.

Kalender tersebut dikelola oleh badan amal konservasi hutan terbesar di Inggris Raya, Woodland Trust. Berdasarkan data itu para peneliti menyusun kapan tepatnya tanaman berbunga pada musim semi pertama dengan pengukuran suhu instrumental.

Mereka menemukan bahwa rata-rata tanggal berbunga pada musim semi pertama dari tahun 1987 hingga 2019 adalah satu bulan penuh lebih awal bila dibandingkan dengan dari tahun 1753 hingga 1986. Periode tersebut bertepatan dengan percepatan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim, Perubahan Warna Daun Musim Gugur pun Tertunda

 Meskipun bunga musim semi pertama selalu menjadi hal yang disambut baik, pembungaan lebih awal ini dapat memiliki konsekuensi bagi ekosistem dan pertanian. Spesies lain yang menyelaraskan migrasi dan hibernasi mereka dengan kapan tanaman berbunga atau tidak dapat tertinggal dari jadwal. Sebuah fenomena yang dikenal sebagai ketidakcocokan ekologis dan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati jika suatu spesies tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat.

Perubahan tersebut juga dapat memiliki konsekuensi bagi petani dan tukang kebun. Jika pohon buah-buahan berbunga lebih awal setelah musim dingin, petani dapat gagal panen karena bunga dari pohon-pohon itu mati terkena embun beku.

Kita dapat melihat efek perubahan iklim melalui peristiwa cuaca ekstrem dan peningkatan variabilitas iklim. Namun, efek jangka panjang dari perubahan iklim pada ekosistem sulit untuk dilihat dan oleh karena itu sulit untuk dikenali juga diukur.

“Kami dapat menggunakan berbagai kumpulan data lingkungan untuk melihat bagaimana perubahan iklim memengaruhi spesies yang berbeda, tetapi sebagian besar catatan yang kami miliki hanya mempertimbangkan satu atau beberapa spesies di area yang relatif kecil,” kata Profesor Ulf Büntgen dari Departemen Geografi Cambridge, penulis utama studi ini. 

“Untuk benar-benar memahami apa yang dilakukan perubahan iklim terhadap dunia kita, kita membutuhkan kumpulan data yang jauh lebih besar yang melihat seluruh ekosistem dalam jangka waktu yang lama," jelas Büntgen.

Inggris Raya memiliki kumpulan data seperti itu sejak abad ke-18. Data diperoleh melalui pengamatan perubahan musim yang dicatat oleh para ilmuwan, naturalis, tukang kebun amatir dan profesional, serta organisasi seperti Royal Meteorological Society.