Tiongkok Kembangkan Mesin Pembuat Hujan Terbesar Sepanjang Sejarah

By Citra Anastasia, Rabu, 2 Mei 2018 | 15:03 WIB
Pemandangan puncak Everest dari sisi utara yang merupakan wilayah Tiongkok (Wilayah Otonom Tibet). P (Titania Febrianti)

Penulis: Gloria Setyvani Putri/Kompas.com

Tiongkok terus berusaha unggul di bidang sains. Dari beberapa proyek besar yang belum terealisasi, kini Tiongkok mengumumkan sedang mengembangkan mesin pembuat hujan atau penyemaian awan terbesar sepanjang sejarah.

Mereka masih menguji teknologi canggih berbiaya rendah yang dapat mendorong turunnya hujan lebih banyak di dataran tinggi Tibet, cadangan air tawar terbesar di Asia. Untuk mewujudkannya, Tiongkok telah membangun ratusan tungku pembakar bahan bakar di sekitar pegunungan Tibet yang rencananya dapat meningkatkan curah hujan sampai 10 miliar meter kubik per tahun.

Wacana ini merupakan perpanjangan proyek Tianhe atau Sky River yang dikembangkan pada 2016 oleh Universitas Tsinghua, Tiongkok, yang diharapkan dapat menurunkan hujan dan salju pada area seluas 1,6 juta kilometer persegi.

Baca juga: Karena UFO, NASA Ajak Pria Asal Surabaya Ikuti Pelatihan Hidup di Mars

Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), ukuran itu lebih luas dibanding Alaska atau sekitar tiga kali ukuran Spanyol. Jika wacana tersebut berhasil, setidaknya Tiongkok akan mendapat tujuh persen tambahan air bersih setiap tahunnya.

"Memodifikasi cuaca di Tibet adalah inovasi penting untuk memecahkan masalah kekurangan air di Tiongkok," ujar Lei Fanpei, presiden perusahaan China Aerospace Science and Technology Corporation, yang mengembangkan proyek. "Proyek ini tidak hanya penting untuk Tiongkok, tetapi juga untuk kemakmuran dunia dan kesejahteraan seluruh umat manusia," imbuhnya.

Penyemaian Awan

Modifikasi cuaca dengan penyemaian awan merupakan salah satu proyek yang sudah dilakukan para ilmuwan selama beberapa dekade untuk menambah pasokan jumlah air bersih, dan Tiongkok termasuk negara yang sangat ambisius terhadap proyek ini.

Dalam proyek Sky River, ratusan tungku yang membakar bahan kimia tertentu akan melepaskan iodida perak ke udara. Iodida perak akan membuat uap air dan membentuk awan yang mampu menghasilkan hujan dan salju.

Baca juga: Mengenang Putri Diana Lewat Foto-Fotonya yang Tak Lekang Oleh Waktu

"Sejauh ini lebih dari 500 pembakar telah dikerahkan di lereng pegunungan di Tebet, Xinjiang, dan area lain untuk keperluan percobaan. Data kami menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan," ujar seorang peneliti yang mengerjakan proyek tersebut kepada SCMP.

Pro Kontra

Terkait proyek ambisius ini, banyak orang meragukan kemampuan Tiongkok dapat menciptakan hujan buatan dengan target area seluas itu. Hal ini karena masih banyak yang belum diketahui bagaimana penyemaian awan dapat memengaruhi pola cuaca yang lebih luas.

"Modifikasi cuaca seperti itu, sulit untuk menghasilkan hujan seperti itu," kata peneliti geoengineering, Janos Pasztor dari The Carnegie Climate Geoengineering Governance Initiative (C2G2) kepada Gizmodo.

Baca juga: Meghan Markle Bukan Wanita Berdarah Campuran Pertama Kerajaan Inggris?

"Hal ini membuat hujan turun di suatu tempat namun tidak terjadi di tempat lain. Ini berarti ekosistem dan orang-orang yang tinggal di suatu tempat kemungkinan tidak akan mendapat hujan dalam jangka waktu yang lama," imbuh Pasztor.

Jika wacana ini terealisasi, kemungkinan proyek Sky River Tiongkok akan membuat sistem awan seluas Alaska dialihkan untuk meningkatkan curah hujan di atas dataran tinggi Tibet. Belum dapat dipastikan kapan proyek ini akan diselesaikan, mengingat dampaknya yang sangat kontroversial.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.