Tradisi Tahun Baru Tionghoa yang Tak Usai di Hari Imlek Saja

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 7 Februari 2022 | 10:00 WIB
Dalam tradisi Tionghoa, perayaan tahun baru Imlek identik dengan makan bersama sebagai ungkapan kebersamaan. Tradisi merayakan tahun baru tidak hanya di hari Imlek, tetapi ada tradisi di beberapa hari berikutnya untuk mengharapkan kebaikan. (Thinkstock)

Hari ini dirayakan dengan silaturahmi ke sanak keluarga, makan tujuh jenis sayur di hari ketujuh, sembahyang Yu Huang Sang Di pada hari kesembilan–bagi keturunan Hokkien–dengan mempersembahkan dua batang tebu lengkap dengan daunnya.

Hari ketujuh setelah tahun baru Imlek itu sendiri disebut dengan Renri atau Hari Manusia, ungkap Flora. Biasanya hari ini diadakan festival tradisional Tiongkok kuno ketika berharap cuaca jadi cerah bersinar sebagai pertanda keselamatan dan kelancaran sepanjang tahun yang baru.

Maka, bagi masyarakat Tionghoa, tanggal ini diadakan sembahyang untuk memohon kesehatan dan kelancaran sepanjang tahun.

Paket tujuh sayur di Pasar Petak Sembilan, Jakarta, yang digunakan untuk perayaan Renri atau hari ketujuh setelah Imlek. (Flora Tan)

Flora mengutarakan, tujuh macam sayuran adalah santapan yang memiliki harapan bagi yang mengonsumsinya. Biasanya, setiap suku punya caranya beda-beda untuk menyantap dan penggunaan bahannya.

Pertama, ada seledri yang memiliki makna rajin, tekun, dan ulet secara harfiah. Kemudian daun bawang son yang memiliki arti ketelitian, dan bawang lokio yang secara harfiah penyebutan Tionghoanya mirip dengan pemaknaan cerdas dan keterampilan.

Lalu, ada kucai sebagai simbol kelanggengan atau keabadian dan sawi pahit sebagai simbol kekayaan. Tetapi versi lain mengatakan sawi pahit juga memiliki arti sebagai pandai berencana atau bersiasat, ujar Flora. Kekayaan juga menjadi makna pada kembang tahu.

Daun ketumbar bisa digunakan dalam sayuran yang dipilih karena bermakna hubungan atau persatuan, dan selada yang berarti hidup atau penuh semangat. Terakhir, sayur yang bisa digunakan adalah sawi putih karena bermakna kejernihan atau bersih secara harfiah.

"Di Jakarta sendiri sayur tujuh rupa bisa dicari di pasar-pasar yang banyak terdapat etnis Tionghoa dalam bentuk ikatan tujuh sayur mentah, seperti Pasar Muara Karang, Pasar Petak Sembilan," terangnya.

"Saya pribadi biasanya makan di rumah makan vegetarian yang khusus menyajikan menu ini saat hari Renri. Namun tradisi ini sendiri sudah tidak banyak diketahui apalagi dijalankan oleh etnis Tionghoa Indonesia.

Baca Juga: Tahun Baru Imlek, Ajang Reuni Keluarga dan Migrasi Manusia Terbesar