Baca Juga: Selidik Ahli Epigrafi: Nusantara dan Skandal Ilmiah Sejarah Majapahit
Kutukan semacam itu "biasa ditemukan di prasasti-prasasti lainnya dengan kalimat yang hampir sama." Narasi kutukan semacam ini juga banyak dijumpai pada prasasti-prasasti dari masa sebelum Mpu Sindok. "Misalnya prasasti Rukam dari masa Balitung," sebut Titi memberi contoh.
Meski demikian, Titi menjelaskan, isi utama dari prasasti tersebut, yang tertulis di sisi depannya, tampaknya bukanlah kutukan. "Isi prasasti bukan kutukan, biasanya mengenai tanah yang dijadikan tanah perdikan untuk bangunan suci atau keperluan lainnya. Kutukan hanya bagian dari prasasti." Supaya tidak ada orang yang berani merusak prasasti tersebut.
Ichwan mengatakan pihak BPCB belum bisa mengkonfirmasi isi prasasti itu apakah berisi kutukan atau ada hal lainnya juga. "Nanti para ahli yang akan membacanya," katanya.
Meski demikian, ia mengatakan, prasasti ini jelas merupakan penemuan yang penting. "Ini kan data primer soal sejarah di masa lalu. Ini data yang luar biasa. Sangat penting sekali bagi dunia sejarah. Prasasti ini menambah data historis arkeologi, melengkapi data-data sebelumnya."
Menurut Ichwan, prasasti ini juga penting karena berasal dari masa Mataram atau masa sebelum Majapahit (yang baru didirikan di akhir abad 13 Masehi) tapi ditemukan di wilayah ibu kota Majapahit di Jawa Timur. Selain itu, prasasti ini tampaknya juga bisa menjadi bukti fisik bahwa Mpu Sindok benar-benar telah memindahkan pusat kekuasaan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi.
Baca Juga: Kisah Simbolik Awal Mataram Sampai Babad Giyanti tentang Geger Pacinan