Nationalgeographic.co.id—Para peneliti yang sedang melakukan penggalian kota Athribis di Mesir Kuno telah menemukan lebih dari 18.000 ostraca. Ini merupakan pecahan tembikar yang berisikan tulisan yang berfungsi sebagai “buku catatan”. Meski bentuknya jauh berbeda, fungsinya sama seperti buku catatan di zaman modern.
Apa saja yang dicatat dalam ostraca ini? Seperti zaman modern, bangsa Mesir Kuno menggunakan “buku” untuk membuat catatan daftar belanja, catatan perdagangan hingga tugas sekolah. Fragmen-fragmen yang ditemukan ini memberikan gambaran mengenai nuansa kehidupan sehari-hari di kota tersebut 2.000 tahun yang lalu. Menurut Robert Lea dari Newsweek, harta karun itu adalah koleksi ostraca terbesar kedua yang pernah ditemukan di Mesir.
Bangsa Mesir Kuno memandang ostraca sebagai alternatif yang lebih murah daripada papirus. Untuk menulis di pecahan tembikar, penggunanya mencelupkan buluh atau tongkat berlubang ke dalam tinta. Universitas Tübingen yang melakukan penggalian ini menyatakan bahwa sebagian besar ostraca yang digali di Athribis berisi tulisan. Namun tim juga menemukan ostraca yang berisi gambar hewan seperti kalajengking dan burung layang-layang, manusia, figur geometris, dan dewa.
Sejumlah besar fragmen tampaknya terkait dengan sekolah kuno. Lebih dari seratus menampilkan ostraca berisi tulisan berulang di sisi depan dan belakang. Penemuan ini membuat tim berspekulasi bahwa siswa yang berperilaku tidak baik dihukum untuk menulis kalimat. Jenis hukuman ini masih kita temukan di sekolah-sekolah zaman modern.
"Ada daftar bulan, angka, masalah aritmatika, latihan tata bahasa, dan 'alfabet burung'. Setiap huruf diberi nama burung yang namanya dimulai dengan huruf itu," kata ahli Mesir Kuno Christian Leitz.
Sekitar 80 persen ostraca ditulis dalam demotik, aksara administratif yang digunakan pada masa pemerintahan ayah Cleopatra, Ptolemy XII. Ptolemy XII berkuasa sejak 81 hingga 59 SM dan 55 hingga 51 SM.
Yunani adalah skrip yang paling banyak ditemukan; hieratik, hieroglif, Yunani, Arab, dan Koptik juga digunakan. Beragamnya bahasa yang ditemukan dalam ostraca membuktikan sejarah multikultural di Athribis.
“Kami dapat membuat studi kasus kehidupan sehari-hari di akhir zaman Ptolemaic atau Romawi awal. Ini dilakukan setelah menganalisis semua teks atau setidaknya sebagian besar darinya. Analisis ini akan memakan waktu bertahun-tahun,” tambah Leitz.
Para arkeolog Tübingen mulai menggali di Athribis—terletak sekitar 192 km sebelah utara Luxor—pada tahun 2003. Penggalian difokuskan pada sebuah kuil besar yang dibangun oleh Ptolemy untuk menghormati dewi singa Repit dan istrinya, Min. Kuil itu diubah menjadi biara setelah pemujaan kafir dilarang di Mesir pada tahun 380 M. Baru-baru ini, tim telah mengalihkan fokus ke tempat perlindungan terpisah di sebelah barat kuil.
Menurut pernyataan itu, Leitz dan timnya menemukan ostraca di dekat serangkaian "bangunan bertingkat dengan tangga dan kubah". Ini terletak di sebelah barat situs penggalian utama.
Sebelum penemuan tim arkeolog Tübingen, penemuan ostraca yang sebanding ditemukan di Deir el-Medineh awal tahun 1900-an. Ostraca yang berisi kumpulan tulisan medis yang ditemukan di pemukiman pekerja Deir el-Medineh, dekat Lembah Para Raja.
Penemuan ostraca di Athribis ini menjadi salah satu penemuan penting. “Ini adalah penemuan yang sangat penting karena menjelaskan ekonomi dan perdagangan di Athribis sepanjang sejarah,” Mostafa Waziri, sekretaris jenderal Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir. Teks tersebut mengungkapkan transaksi keuangan penduduk daerah itu. Mereka membeli dan menjual perbekalan seperti gandum dan roti.
Baca Juga: Pentingnya Musik di Mesir Kuno, Diyakini Jadi Penyelamat di Akhirat
Baca Juga: 30 Mumi Mesir Ditemukan dalam Bangunan Kuno yang Hangus Terbakar