Budaya Tidur Siang yang Sepele, tapi Penting bagi Orang Romawi

By Galih Pranata, Senin, 14 Februari 2022 | 12:00 WIB
Lukisan tentang istana Romawi Kuno selalu meluangkan tidur siang sebagai budaya yang istimewa untuk memulihkan kondisi tubuh setelah lelah bekerja. (Sir Lawrence Alma-Tadema/Museo Nacional del Prado)

Ia bisa menangkap kebudayaan itu sampai ke istana Charlemagne yang agung. "Di musim panas, setelah makan siangnya, Charlemagne akan makan buah dan minum lagi," tulis Einhard.

"Setelah itu, dia akan melepas sepatunya dan menanggalkan seluruh pakaiannya, sepenuhnya, seperti yang dia lakukan di malam hari, dan beristirahat selama dua atau tiga jam di siang hari," imbuhnya.

"Kebiasaan tidur siang yang diterapkan oleh orang Romawi, dikaitkan dengan 37% pengurangan kematian akibat serangan jantung koroner. Hal itu dapat terjadi karena berkurangnya stres kardiovaskular yang dimediasi oleh tidur siang hari," tulis Naska.

Androniki Naska beserta dengan tim risetnya, menulis tentang Siesta in Healthy Adults and Coronary Mortality in the General Population, yang dimuat dalam jurnal JAMA Internal Medicine. Jurnalnya dipublikasi pada 2007.

Selain melindungi tubuh dari sakit jantung akut, tidur siang juga dapat memulihkan kembali stamina setelah lelah bekerja. Rahasia ini yang telah menjadi kunci di balik kebugaran fisik orang-orang Romawi.

Setelahnya, Romawi yang telah membudayakan tidur siang, semakin populer di dunia. Bangsa Spanyol di sekitar abad ke-15 M, telah menerapkan budaya tidur siang yang mereka sebut dengan siesta.

Mereka menerapkan kepada daerah koloninya, hingga tersebar ke berbagai kolonialisme yang dilakukan oleh orang-orang Eropa di negara koloninya.

Baca Juga: Kehidupan Sehari-hari Orang-Orang Romawi sejak Pagi hingga Malam