Keluarga Romanov tetap berada di bawah tahanan rumah sementara berbagai rumor beredar tentang nasib mereka. Mereka pindah ke kota terpencil Siberia di Tobolsk pada bulan Agustus 1917. Keluarga tersebut mulai mengirim pesan tersembunyi kepada dunia luar tentang situasi mereka di pengasingan ke dunia luar. Tsar Nicholas II berharap dapat menjangkau kelompok-kelompok pro-monarkis.
Rappaport berpendapat bahwa kelompok-kelompok itu terfragmentasi dan tidak selaras. Untuk melakukan penyelamatan yang efektif, Anda harus memiliki orang-orang yang berdedikasi dan bisa menyimpan rahasia." Kekurangan dana dan keselarasan di antara kelompok-kelompok ini merupakan faktor utama yang melemahkan.
Ketika Bolshevik merebut kekuasaan pada November 1917, bahkan pendukung Romanov yang paling bersemangat pun mulai kehilangan harapan. Meski emerintahan sementara tampak bersimpati kepada keluarga itu, kaum Bolshevik menginginkan kepala keluarga kaisar. Pemindahan ke Ekaterinburg menjadi malapetaka bagi Tsar Nicholar II dan keluarganya.
Baca Juga: Setelah 61 Tahun, Pemakaman Sadis Tsar Nicholas II Akhirnya Terungkap
Setelah pindah ke kota Ekaterinburg, keluarga Romanov dan para pelayan setianya dipenjarakan di "rumah tujuan khusus". Meskipun keadaannya suram, mereka masih optimis. Bahkan Alexandra masih menulis buku harian penuh harapan beberapa jam sebelum eksekusinya.
Setelah eksekusi bengis, hanya kematian Nicholas yang diumumkan. Kabar tentang nasib keluarga lainnya baru sampai ke pengadilan Eropa berbulan-bulan kemudian.
Anggota keluarga kerajaan Inggris berharap setidaknya menyelamatkan anak-anak. Pada tahun 1919, Inggris mengirim kapal ke Krimea untuk mengevakuasi sisa Romanov. Keturunan dua saudara perempuan Nicholas II, Olga dan Alexandra, bertahan hidup, seperti halnya keturunan tsar sebelumnya.
Pada tahun 1991, sisa-sisa keluarga yang dibantai digali di bawah pemerintahan Rusia yang baru pasca-Soviet. Analisis DNA mengonfirmasi identitas keluarga kekaisaran. Makam pun dipindahkan dan secara resmi dikebumikan di sebuah kapel khusus di St. Petersburg. Setelah pembantaian bengis, mereka mendapatkan upacara pemakaman yang layak yang dihadiri oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin.