Mengandung Gas Rumah Kaca, Sampah Harus Dituntaskan Sama-sama

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 22 Februari 2022 | 10:00 WIB
Sekitar delapan juta ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya. Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati tiap tahunnya, tetapi belum ada usaha yang jelas untuk mencegahnya berdampak pada perubahan iklim. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Program ini, menurut Surat Edaran Menteri LHK, menjadi program baru untuk peringatan Hari Pedulih Sampah Nasional 2022. Nantinya akan memfokuskan kolaborasi program dengan aksi nyata di tengah masyarakat dalam ketahanan eklologi ekonomi dan sosial masyarakat, ujar Rosa.

Rika memandang, pengelolaan sampah untuk mengurangi emisi ini identik dengan konsep ekonomi sirkular, di mana sebuah produk yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin untuk tidak merusak planet kita. Sisi ekonominya adalah manfaat besar yang bisa didapatkan masyarakat, terumtama jika mengambil model lama untuk mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang.

Baca Juga: Lindungi Predator, Cacing Lapis Baja Asal 400 Juta Tahun Makan Sampah

Baca Juga: Seperti Pengemudi Ojek, Hari Ini Pemulung Sampah Punya Aplikasi

"Semangat eknomi sirkular sudah dipahami oleh banyak elemen dan pemangku kepentingan dan bisa diturunkan menjadi strategi nasional, tentu hal ini memerlukan proses yang lebih lama dari satu tahun," imbuhnya.

"Jika dirasa belum selesai, tema tahun 2022 (pengelolaan sampah untuk kurangi emisi) bisa diteruskan di tahun-tahun selanjutnya. Harus diakui bahwa Indonesia darurat sampah, dan program yang dijalankan sampai sekarang belum bisa memberikan hasil yang maksimal," tambahnya.

Mengingat masih besarnya sampah yang dihasilkan Indonesia dan bisa mencemari laut, Rika berpendapat, masalah ini akan berpacu dengan waktu sehingga solusi haruslah lebih besar dari sampah yang dihasilkan.

"Berkaca kepada negara-negara yang sukses dalam pengelolaan sampah, strategi yang dijalankan harus komprehensif antara pemerintah pusat, dalam hal ini kementerian dengan kepala daerah dan masyarakat, yang didukung oleh elemen lain seperti perusahaan, terutama yang tercatat sebagai penghasil limbah yang besar," ujarnya.