Upaya Memuliakan Ciliwung, 'Ular Panjang' Pembangun Peradaban Jakarta

By Utomo Priyambodo, Selasa, 22 Februari 2022 | 11:00 WIB
Tiga orang anak asyik bermain di surutnya Kali Ciliwung. Denyut kehidupan purba kawasan Bogor, Depok, dan Jakarta pernah bergantung kepada aliran air Ciliwung. Namun, kini air sungai tak sejernih masa purba. (Henry Lopulalan/Fotokita.net)

Nationalgeographic.co.id—Banyak sungai ditakdirkan melintas dan menghidupkan peradaban Jakarta. Salah satunya, Sungai Ciliwung yang memancar dari lembah Pangrango, menerjang perbukitan, hingga bermuara di Teluk Jakarta. Ia mengular sepanjang 120 kilometer melintasi hamparan datar metropolitan delta.

Denyut kehidupan purba kawasan Bogor, Depok, dan Jakarta pernah bergantung kepada aliran air Ciliwung. Namun, kini hilir Sungai Ciliwung tak sejernih masa purba. Keruh dan sampah melayang sepanjang alirannya.

Tidak hanya itu, "ular panjang" penampung air ini juga kerap dituding sebagai biang banjir lantaran alirannya kerap menggenangi sejumlah titik di kawasan metropolitan ibu kota. Sungai yang sungguh malang dan tercampakkan.

Apakah kita bisa mengembalikan hakikat sungai sebagai pembangun peradaban sehingga kita bisa menuai manfaat untuk kebaikan bersama? Bisakah kita memuliakan sungai ini dan menjadikannya tempat wisata nan asri?

Suparno Jumar, atau yang akrab disapa Pak De Suparno, memiliki keyakinan dan harapan yang kuat atas itu. Sejak akhir 2019, secara totalitas, ia telah mengabdikan diri dan hidupnya untuk menjaga keasrian Sungai Ciliwung. Ia getol menyusuri aliran sungai ini untuk membersihkannya dari sampah-sampah yang mencemarinya.

Kepeduliannya pada Sungai Ciliwung bahkan membuat Pak De Suparno rela resign dari kantor atau meninggalkan pekerjaan lamanya. Secara penuh waktu kini ia menjadi penjaga kebersihan Ciliwung.

Dengan totalitasnya, tak heran pria kelahiran 11 Agustus 1972 itu kini dijuluki sebagai river defender atau penjaga Sungai Ciliwung. Tak hanya membersihkan sungai, Pak De Suparno juga getol mengajak banyak orang lainnya untuk turut peduli terhadap kebersihan sungai.

Saat ini Pak De Suparno menjadi bagian dari Satgas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor. Sebelumnya, sejak tahun 2015, ia telah bergabung sebagai relawan di Komunitas Peduli Ciliwung di Kota Bogor. Di komunitas inilah kepedulian Pak Suparno terhadap kelestarian sang "ular panjang" ini bersemi dan mekar.

Baca Juga: Kenapa Sungai Nil Bernilai Sangat Penting bagi Peradaban Mesir Kuno?

Baca Juga: Studi: Ciliwung Masuk ke dalam Daftar Sungai Terkotor di Dunia

Semestinya Sungai Ciliwung bisa bersih juga seperti sungai-sungai lain di dunia, kata Pak De Suparno dalam acara diskusi daring bertajuk "Penyelamat Sungai Susur Nadi Peradaban Jakarta: Penuturan Para Penyelamat Sungai yang Membelah Metropolitan" yang diadakan Saya Pejalan Bijak dan Saya Pilih Bumi pada Jumat malam, 18 Feberuari 2022.

Pak De Suparno mencontohkan murai sungai di Melaka, Malaysia, dan Marina Bay, Singapura, dengan muara sungai Ciliwung di Ancol. Muara sungai di Melaka dan Marina Bay bisa begitu bersih, tidak seperti kondisi muara Sungai Ciliwung di Ancol.