Kisah Tragis Tenggelamnya Kapal Batavia: Gerbang Kastel nan Tak Sampai

By Utomo Priyambodo, Kamis, 24 Februari 2022 | 15:00 WIB
Kapal-kapal membuang sauhnya di Teluk Batavia, berlatar Kastel Batavia. (Rob Tuytel/Westfries Museum)

Nationalgeographic.co.id—Di dalam Maritime Museum - Shipwreck Galleries di Australia, terdapat sebagian lambung kapal dagang Hindia Belanda (VOC) yang bernama Batavia. Selain itu, ada juga replika gerbang Kastel Batavia.

Gerbang nan malang ini mengalami nasib mengenaskan. Ia terbenam bersama kapal Batavia selama sekitar 343 tahun sampai akhirnya diselamatkan lewat sebuah proyek ekskavasi pada tahun 1963.

Upaya ekskavasi ini berhasil mengangkut sebagian "harta karun" kapal. Mulai dari bagian lambung kapal, meriam, pistol, koin, peralatan makan serta kain-kain berenda yang dibuat dengan pola khusus sebagai penanda hanya dimiliki oleh kapal Batavia.

Pelayaran perdana kapal dagang Batavia dimulai pada akhir Oktober 1628 dari Texel, Negeri Belanda. Tidak dinyana, di awal keberangkatan telah muncul berbagai ambisi pribadi yang mendorong terjadinya pemberontakan di kapal ini.

Komandan kapal Batavia adalah Kapten Francisco Pelsaert. Nakhodanya adalah Ariaen Jacobsz. Kemudian ada juga Jeronimus Cornelisz sebagai tangan kanan Francisco Pelsaert, sebagaimana dituturkan oleh Ady Erlianto Setyawan, penulis dan pemerhati sejarah sekaligus pendiri komunitas pencinta sejarah Roodebrug Soerabaia.

Ady, yang baru-baru ini menerbitkan buku bertajuk Tragedi Batavia 1629 menjelaskan bahwa kapal Batavia berlayar dari Belanda bersama denga beberapa kapal lainnya.

"Yang istimewa dari kapal Batavia adalah dia membawa pintu gerbang kastel kota Batavia," ujar Ady dalam acara Bincang Redaksi 43 National Geographic Indonesia yang bertajuk Selidik Gerbang Kastel Batavia yang Tak Sampai pada Senin malam, 21 Februari 2022.

Untuk menambah semangat awak kapal, VOC menjanjikan uang bonus 600 gulden buat komandan, nakhoda, dan juru mudi jika bisa sampai Jawa dalam waktu enam bulan. Bonus 300 gulden jika bisa sampai Jawa dalam waktu 7 bulan. Atau 150 gulden jika bisa sampai lokasi tujuan sebelum memasuki bulan ke-9.

"Tapi faktanya para pelaut tidak pernah peduli (pada janji bonus tersebut). Karena mereka sadar soal jarak yang jauh, tantangan alam yang berat, dan tidak ada yang bisa memberi perintah pada alam," ujar Ady.

Bangkai kapal Batavia di museum di Australia Barat. (Patrick E. Baker, Western Australian Museum)

Kondisi yang dialami para awak kapal dagang VOC, termasuk kapal Batavia, saat berlayar kala itu sungguhlah keras dan berat. Mereka tidak pernah mandi, tidak pernah sikat gigi dan air bersih sangatlah terbatas di atas kapal.

"Mereka mencuci dengan air kencing sendiri. Mereka juga mengalami ancaman skorbut. Skorbut itu infeksi gusi karena mereka tidak pernah sikat gigi dan kekurangan vitamin C," beber Ady berdasarkan catatan-catatan sejarah tertulis yang pernah ia kaji.