Kisah Tragis Pria Terkaya di Romawi yang Mati Menelan Emas Cair

By Sysilia Tanhati, Selasa, 1 Maret 2022 | 15:00 WIB
Kaya saja tidak cukup. Crassus berambisi menguasai politik dan pada akhirnya, ini menjadi penyebab kematian tragisnya. (Public Domain)

Seperti politisi Romawi lainnya, ia bergantung pada kehendak rakyat. Jika dapat membuat rakyat senang dan puas, sebagai imbalannya ia bisa mengandalkan dukungan mereka.

Kehidupan politik Romawi adalah labirin yang kompleks. Untuk mencapai puncak hierarki politik, orang kaya dan berkuasa harus mempertahankan sejumlah klien yang bergantung pada pelindung mereka.

Mendukung klien yang menjanjikan dan membantunya mencapai posisi yang kuat dapat meningkatkan status. Terkadang, hasil dari hubungan semacam itu bisa menjadi aliansi yang tangguh. Inilah yang terjadi antara Crassus dan Julius Caesar.

Menyadari potensinya, Crassus membayar hutang Caesar dan melindunginya. Usahanya terbayar karena Caesar menggunakan pengaruhnya untuk mendongkrak karir politik Caussus.

Jalan menuju Triumvirat Pertama

Bimbingan Julius Caesar menghasilkan persahabatan seumur hidup antara dua orang kuat. Namun, dalam kehidupan politik Romawi, tidak semua orang bisa menjadi teman. Ia sempat dikalahkan Pompey saat bertarung melawan Spartacus.

Bertekad untuk tidak dikalahkan lagi, Crassus menggunakan aset, kekayaan, dan menyelenggarakan pesta besar untuk memenangkan hati rakyat. Berkat itu, ia berhasil memegang konsulat bersama dengan Pompey pada 70 SM. Anehnya, kedua rival ini menemukan titik temu dan membentuk kembali struktur politik Roma bersama-sama.

Menyadari potensi menarik sumber daya mereka, Caesar mendekati kedua pria itu pada tahun 60 SM. Hasilnya adalah aliansi terbuka yang dikenal sebagai Triumvirat Pertama, yang memungkinkan mereka mengambil kendali bersama pada negara. Meski tidak nyaman, Caussus mendapatkan kesempatan untuk memerintah dan pada akhirnya membawanya pada kematian.

Kematian Caussus

Melalui pengaruh Triumvirat, setiap anggotanya memiliki komando. Sementara Caesar mendapatkan Gaul, dan Pompey mendapatkan Spanyol, Crassus mendapatkan yang paling bergengsi dari semuanya.

Pada tahun 55 SM, Crassus dikirim ke Timur, ke Suriah. Ini adalah provinsi yang baru saja dicaplok yang berbatasan dengan kerajaan Parthia yang kuat. Dari sudut pandang Roma, Timur lebih berkembang, lebih Makmur dan lebih menarik daripada provinsi Barat mana pun. Wilayah itu dipenuhi dengan kota-kota, dihubungkan oleh jaringan jalan yang luas, dan kaya sumber daya. Ini membuatnya menjadi target yang menarik untuk invasi Romawi. Dan dimulai dengan Crassus, Timur yang dibanggakan menjadi tempat malapetaka bagi banyak penguasa dan komandan Romawi.

Bagi Marcus Licinius Crassus, tahun pertama di Suriah terbukti menjadi tahun yang menguntungkan. Dia memperoleh kekayaan besar di wilayah itu dan, yang lebih penting, mencapai beberapa kemenangan militer.