Kisah Pilu dan Mengenaskan Kehidupan Budak di Peradaban Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Selasa, 1 Maret 2022 | 14:00 WIB
Majikan memiliki hak atas budaknya. Mereka menghukum budak, bahkan sampai meninggal. (Charles William Bartlett)

Nationalgeographic.co.id—Lingkungan bangsa Romawi dipenuhi dengan para budak. Jumlah orang bebas dan budak hampir sama. Kehidupan seorang budak Romawi dapat sangat bervariasi berdasarkan tugas yang diberikan dan apa yang dilakukan oleh majikan mereka.

Budak bisa jadi gladiator, pekerja tambang, pelacur, manajer, atau bahkan pembuat tembikar. Hampir setiap pekerjaan Romawi dapat dilakukan oleh budak. Apakah mereka juga memiliki hak dan dibayar?

Kehidupan seorang budak Romawi bukanlah kehidupan yang ideal, tetapi terkadang bisa lebih nyaman dari yang diharapkan. Meski demikian, tidak pernah ada jaminan bahwa seorang budak dapat memiliki kehidupan yang baik.

Kehidupan budak

Biasanya, budak akan tidur di atas tumpukan jerami dengan selimut di atasnya, baik di dapur, lorong, atau loteng. Tentu saja, budak perempuan yang cantik menawan harus tunduk pada hasrat seksual tuannya. Kadang-kadang, para nyonya akan membuat hidup budak perempuan menjadi sangat sulit. Hanya karena mereka curiga budak 'tidur' dengan suaminya.

Juvenal, penyair satir, bercerita tentang seorang budak perempuan bernama Pescas yang sering dipukuli majikannya. Ini disebabkan karena majikannya mengira ia melayani kebutuhan seksual suaminya.

Budak tidak bisa melakukan apa-apa selain menggumamkan beberapa kata, mencuri makanan, menyebarkan desas-desus palsu, dan hal-hal kecil serupa.

Apakah budak memiliki hak dalam hukum?

Hak-hak hukum tidak berarti apa-apa dalam kehidupan seorang budak Romawi. Mereka bahkan tidak memiliki hak hukum untuk menikah. Meski dapat membangun keluarga, tuannya bisa memisahkan pasangan itu atau menjualnya jika mereka mau. Anak-anak yang lahir dari pernikahan budak adalah milik tuannya. Mereka dapat dipisahkan dari orang tua dan dijual oleh sang Majikan.

Pada abad ke-5 M, Kode Hukum Theodosius menetapkan jika budak dipisahkan dari keluarga, mereka harus dipersatukan kembali dan ditempatkan dengan satu pemilik.

Budak dapat diangkat ke posisi tinggi seperti manajer, juru sita, penagih utang, kapten kapal dagang, dan profesi lain. Mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih mandiri. Tetapi bukan berarti mereka bisa bebas dari hukuman berat.

Pekerjaan para budak

Bangsa Romawi mempekerjakan budak untuk mengelola urusan majikan sebagai manajer, juru sita, penagih utang, atau kapten kapal dagang. Mengapa orang Romawi mempekerjakan budak untuk posisi tersebut? Alasannya karena majikan dapat menghukum budak dengan keras jika tidak jujur ​​atau tidak kompeten. Ini yang tidak dapat mereka lakukan terhadap warga negara.

Seorang budak Yunani yang memenuhi syarat dapat dengan mudah menjadi seorang dokter atau guru. Orang Yunani memiliki reputasi yang sangat baik dalam dua posisi ini dan orang Romawi sangat mempercayai mereka.

Budak juga bisa bekerja sebagai pembuat tembikar, pelukis, atau pengrajin lainnya. Bagi perempuan, prostitusi juga merupakan pekerjaan biasa. Pelacur biasanya hidup dalam kondisi mimpi buruk. Mereka mulai bekerja sebelum pubertas dan menjadi sasaran segala macam pelecehan verbal dan fisik.

Baca Juga: Cara Orang Romawi Bawa Hewan Buas Ke Colosseum, Ini Penjelasannya

Baca Juga: Para Legiun Afrika Romawi dalam Jejak Kekaisaran Romawi Kuno di Afrika

Baca Juga: Metode-Metode Pembunuhan Paling Sadis dan Brutal di Zaman Romawi Kuno

 

Mungkin, sebagian besar pelacur berharap salah satu klien kaya akan jatuh cinta dan membebaskan mereka. Meskipun tampaknya pahit, beberapa pekerjaan bahkan lebih buruk.

Kehidupan seorang budak Romawi paling buruk jika mereka berakhir di pertanian, pertambangan, atau penggalian. Budak pertanian biasanya tidur dengan rantai di ergastulum – penjara – dan benar-benar bekerja sampai mati. Plinius Tua, yang memiliki lebih dari 4.000 budak pertanian, bangga dengan fakta bahwa ia tidak mengikat para budaknya.

Karena alasan ini, mayoritas pemberontakan dilakukan oleh budak pertanian. Pemberontakan paling besar dan terkenal dilakukan oleh Spartacus dari tahun 73 hingga 71 SM. Jumlah pasukan pemberontaknya pasti antara 70.000 hingga 120.000. Budak pertambangan memiliki kondisi hidup dan kerja yang sangat buruk sehingga mereka tidak memiliki kekuatan untuk memberontak.

Beberapa budak adalah milik negara. Mereka melakukan tugas-tugas seperti memperbaiki jalan, memelihara saluran air dan bongkar muat kargo di pelabuhan. Sebagian besar budak ini juga tidur dirantai.

Hukuman untuk budak

Seorang tuan bisa membunuh budaknya tanpa pengadilan. Mereka bahkan memiliki tim penyaliban yang memiliki semua peralatan: papan, tali, rantai, paku, dan kebutuhan lainnya. Tim cambuk bertugas untuk menelanjangi budak, mencambuknya sampai berdarah, dan kemudian memakunya di kayu salib. Mereka akan mematahkan kaki budak sehingga ia merasakan sakit yang akut sepanjang waktu ketika mencoba untuk berdiri.

Kehidupan seorang budak Romawi dalam situasi seperti itu bisa berakhir setelah paling lama 48 jam. Tubuh itu ditinggalkan untuk burung nasar dan anjing untuk sementara waktu, sebagai peringatan bagi budak lainnya. Dibakar hidup-hidup dan diberi makan singa bukanlah kematian yang menyiksa. Kehidupan seorang budak dapat bervariasi dalam hal kesengsaraan dan berakhir dengan sangat menyakitkan.