Membuka Kunci Sejarah Kuno Bumi dari Butiran Pasir Sedimen Purba

By Wawan Setiawan, Minggu, 6 Maret 2022 | 09:00 WIB
Mineral tahan lama seperti zirkon membentuk sedimen yang secara efektif mengumpulkan informasi dari dunia yang hilang. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id - Peneliti Curtin telah mengembangkan teknik baru dengan mempelajari usia butiran pasir purba dari pantai, sungai, dan bebatuan di seluruh dunia untuk mengungkap detail tersembunyi dari masa lalu geologis Bumi yang jauh sebelumnya.

Peneliti utama Dr. Milo Barham, dari Timescales of Mineral Systems Group di Curtin's School of Earth and Planetary Sciences, mengatakan tim telah merancang metrik, yang menentukan 'sidik jari distribusi usia' mineral yang dikenal sebagai zirkon di dalam pasir, memberikan cahaya baru pada evolusi permukaan bumi selama beberapa miliar tahun terakhir. Teknik ini telah dipublikasikan dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters pada 28 Februari 2022 dengan menuliskan judul "Understanding ancient tectonic settings through detrital zircon analysis".

Cekungan sedimen pada dasarnya telah mewakili arsip mendasar dari proses sistem Bumi melalui waktu yang sangat dalam. Memahami pengaturan tektonik sedimen pada saat pengendapan dapat mengungkapkan aspek penting dari sumber daya dan geodinamika planet melalui sejarah Bumi.

Baca Juga: Dua Gunung Ini Lebih Besar dari Himalaya di Masa Awal Evolusi Bumi

Namun, upaya untuk menyelesaikan pengaturan tektonik cekungan sedimen ini menjadi sulit karena kemungkinan overprinting oleh proses tektonomagmatik dan metamorf yang lebih muda. Sebagai solusi, peneliti Curtin telah mengembangkan teknik baru yang membedakan pengaturan tektonik ekstensional, konvergen, dan tumbukan berdasarkan karakteristik populasi usia detrital zirkon (DZ).

"Sementara sebagian besar catatan geologis asli hilang karena erosi, mineral tahan lama seperti zirkon membentuk sedimen yang secara efektif mengumpulkan informasi dari dunia yang hilang ini untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang sejarah planet ini, termasuk perubahan lingkungan, pengembangan biosfer yang dapat dihuni, evolusi benua, dan akumulasi sumber daya mineral di batas lempeng purba," kata Barham, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.

Pendekatan baru ini memungkinkan pemahaman yang lebih besar tentang sifat geologi kuno. (Sushil Humagain/Online Science Notes)

Teknik ini dikembangkan setelah mempelajari usia butiran pasir purba dari pantai, sungai, dan bebatuan dari seluruh dunia. Ini mewakili kemajuan penting dalam menafsirkan pengaturan cekungan kuno yang dapat mengungkapkan detail tersembunyi sebelumnya dari masa lalu geologis Bumi yang sangat jauh.

Teknik ini juga menawarkan pemahaman yang lebih besar tentang sifat geologi kuno dan kesempatan untuk merekonstruksi susunan dan pergerakan lempeng tektonik di Bumi melalui waktu.

Baca Juga: Peristiwa Geologi Bumi Kita Berulang Seperti Pola Denyut Nadi

"Pantai-pantai dunia dengan setia mencatat sejarah rinci masa lalu geologis planet kita, dengan miliaran tahun sejarah Bumi tercetak dalam geologi setiap butir pasir dan teknik kami membantu membuka informasi ini," tutur Barham.

Rekan penulis Profesor Chris Kirkland, juga dari Timescales of Mineral Systems Group di Curtin's School of Earth and Planetary Sciences, mengatakan metode baru tersebut dapat digunakan untuk melacak sejarah Bumi dengan detail yang lebih besar daripada yang dapat dicapai sebelumnya.

"Zirkon mengandung unsur kimia yang memungkinkan kita untuk menentukan tanggal dan merekonstruksi kondisi pembentukan mineral. Sama seperti demografi populasi manusia melacak evolusi negara, teknik ini juga memungkinkan kita untuk memetakan evolusi benua dengan mengidentifikasi demografi populasi usia tertentu dari butir zirkon di sedimen," kata Kirkland.

"Cara Bumi mendaur ulang dirinya sendiri melalui erosi dilacak dalam pola usia butiran zirkon dalam pengaturan geologis yang berbeda. Misalnya, sedimen di pantai barat dan timur Amerika Selatan benar-benar berbeda karena ada banyak butir muda di sisi barat yang terbentuk dari kerak yang jatuh di bawah benua, sehingga memicu gempa bumi dan gunung berapi di Andes. Sedangkan di pantai timur, semuanya relatif tenang secara geologis dan ada campuran butiran tua dan muda yang diambil dari keragaman batuan di seberang Cekungan Amazon," pungkasnya.