Selidik Kematian Seorang Nelayan Cile yang Tenggelam 5.000 Tahun Silam

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 8 Maret 2022 | 16:00 WIB
Kerangka milik nelayan berusia 5.000 tahun di Cile yang tewas karena tenggelam. (Pedro Andrade/Universidad de Concepción)

Sumsum di dalam tulang besar kerangka itu diamati oleh Goff dan rekan-rekan dalam mikroskop elektron dan diambil gambarnya ribuan kali. Tes diatom forensik semestinya dilakukan dengan menyisihkan sumsum dari tulang dan menambahkan bahan kimia untuk membedakan diatom. Tetapi ada cara yang dimodifikasi oleh mereka, yakni mempertahankan sumsum di tempatnya dan menggunakan lebih sedikit bahan kimia.

Pedro Andrade (kanan) peneliti utama studi memamerkan kerangka nelayan yang tenggelam 5.000 tahun lalu. (Genevieve Cain & James Goff)

Cara ini dapat mempertahankan partikel laut yang dihipotesiskan dalam awal penelitian. Tetapi, para peneliti tidak menemukan fosil diatom dalam kerangka itu dengan jelas. Padahal, jika dapat melihat fosil diatom, para peneliti bisa menggunakan cara ini untuk korban tenggelam di masa prasejarah lainnya. Yang ditemukan adalah ganggang, telur parasit, dan sedimen yang tidak terdeteksi oleh tes diatom standar, terang Goff.

Dengan demikian, para peneliti dapat menetapkan bahwa nelayan itu tewas karena tenggelam. Hanya individu ini yang dapat dinyatakan demikian, sebab dua set kerangka manusia yang berada di dekatnya tidak memiliki tanda serupa. Mereka menyimpulkan, nelayan ini tewas ketika sedang di laut atau kecelakaan memancing, bukan karena tsunami di masa purba.

"Dengan melihat apa yang kami temukan di sumsum tulangnya, kami tahu bahwa dia tenggelam di air asin yang dangkal," Goff menjelaskan di Eurekalert. "Kami dapat melihat bahwa pria malang itu menelan sedimen di saat-saat terakhirnya dan sedimen cenderung tidak mengapung dalam konsentrasi yang cukup di perairan yang lebih dalam."

Baca Juga: Misteri Mumi Alien Berukuran Mini dari Chili Akhirnya Terpecahkan

Baca Juga: Berkolaborasi Mengurangi Dampak Abrasi di Pesisir Semarang

Namun, para ilmuwan lain berkomentar temuan individu yang mati tenggelam dan lainnya di situs tidak, bukan berarti tsunami menyebabkan orang mati tenggelam. Ketika bencana datang, sebagian orang mungkin bisa tewas karena trauma benda tumpul.

Di sisi lain, Goff mengatakan, cara ini dapat membantu pada penyelidikan arkeologis selanjutnya tentang benarkah ada masyarakat prasejarah yang meninggal tenggelam karena tsunami.

"Ada banyak situs pemakaman massal prasejarah yang kami ketahui di pantai, dan jika kami menemukan bahwa semura orang ini tenggelam, maka kami dapat mengatakan bahwa mereka mungkin meningal karena tsunami," ungkapnya. "Kami selanjutnya dapat melihat bukti arkeologis lainnya dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait bagaimana orang-orang prasejarah hidup dan mati di sekitar garis panta dunia."