Kapal Shackleton nan Legendaris Akhirnya Ditemukan, Seabad Kemudian

By Warsono, Sabtu, 12 Maret 2022 | 16:00 WIB
Lebih dari satu abad, kapal penjelajah Irlandia-Inggris Ernest Henry Shackleton sepanjang 44 meter “Endurance” hilang di lepas pantai Antarktika di bawah Laut Weddel yang penuh es. Pada 2022, kapal ini ditemukan dalam kondisi yang sangat bagus 3.000 meter di bawah air. (VIDEO STILL OLEH THE FALKLANDS MARITIME HERITAGE TRUST, NATIONAL GEOGRAPHIC)

Nationalgeographic.co.id - Di musim gugur 1915, kapal penjelajah kutub Ernest Shackleton Endurance karam di lepas pantai Antarktika, membuat krunya terdampar di es laut yang melayang dan membangkitkan salah satu kisah tentang mengatasi keputusasaan yang paling dramatis. Ketika semua dari 28 kru ekspedisi akhirnya bisa diselamatkan, tempat peristirahatann terakhir kapalnya masih tetap menjadi misteri kelautan yang paling sering dibahas—bagian terakhir yang tidak tertulis dari kisah legendaris tentang bertahan hidup dan kemenangan. Itu dia, sampai hari ini. Tim peneliti mengumumkan mereka telah menemukan lokasi bangkai kapal di dasar Laut Weddell yang berbahaya. Bersebelahan dengan bagian paling utara Antarktika.

Imaji pertama dari kapal dikirimkan via kendaraan bawah air otomat (AUVs) dari kedalaman 3.000 meter di bawah air pada 5 Maret. Saat kamera melayang di atas dek kayu kapal, video menangkap gambar tali-tali, peralatan, jendela-jendela kapal, pagar—bahkan tiang-tiang dan helm—berumur seabad semua dalam kondisi hampir seperti aslinya karena suhu yang dingin, ketiadaan cahaya, dan rendahnya oksigen di tempat peristirahatannya yang berair.

“Saya telah mencari bangkai kapal sejak saya di pertengahan dua puluhan, dan saya tidak pernah menemukan bangkai kapal yang sangat koheren seperti yang satu ini,” arkeolog kelautan Mensun Bound, 69, berkata melalui telepon satelit ketika dia dan anggota kru memulai perjalanan panjangnya untuk kembali ke Cape Town setelah lebih dari satu bulan mencari perahu Shackleton. “Anda bisa melihat lubang-lubang baut, dan semuanya.”

Direktur eksplorasi untuk ekspedisi Endurance22, Bound berkata ketika mereka pertama kali melihat imaji yang dikirimkan AUVs, dia dan 65 anggota tim lainnya yakin itu adalah Endurance dan bukan bangkai kapal lainnya. Namun bukti yang menyakinkan benar-benar menjadi fokus: gambar dari dekat buritan memunculkan huruf-huruf dari kuningan yang mengilap bertulisan Endurance di atas bintang kutub. “Anda melihat itu, dan mata Anda membelalak,” ujar Bound seperti dilansir dari National Geographic. Itu adalah “momen lubang cacing ketika Anda kembali ke masa lalu. Saya dapat merasakan embusan napas Shackleton di leher saya.”

Apa Tujuan Shackleton?

Endurance adalah bagian dari nama besar Imperial Trans-Antarctic Expedition Shackleton. Disokong oleh pemerintah Inggris dan donatur swasta dan didukung oleh Winston Churchill, yang kemudian menjadi Pejabat Komisaris Departemen Angkatan Laut Inggris, rencananya adalah mengirimkan kelompok penjelajah ke pesisir Antarktika, tempat mereka akan turun dan kemudian melakukan perjalanan darat melintasi benua via Kutub Selatan.

Mempunyai panjang 44 meter, tiga tiang barquentine yang dibangun khusus untuk perairan kutub, Endurance memiliki lambung kapal dari kayu oak yang kokoh yang tebalnya 76 sentimeter. Endurance berangkat dari South Georgia pada 5 Desember 1914, tidak lama setelah pecahnya Perang Dunia Pertama. Bahkan di bagian bawah—selatan—planet, perang sudah dekat. Saat endurance memasuki Laut Weddell, kapal perang Inggris dan Jerman berancang-ancang di utara mereka dalam Perang Kepulauan Falkland.

Namun musuh yang dihadapi Shackleton dan anak buahnya dari jenis yang berbeda. Laut Weddell, yang meliputi area seluas lebih dari dua setengah juta kilometer persegi, adalah salah satu lingkungan paling terpencil dan tak kenal ampun di dunia, dipenuhi dengan gunung es dan dilanda oleh angin permukaan yang kuat. Shackleton menyebutnya “laut terburuk di dunia.”

Namun jika ada seseorang yang sudah siap untuk upaya seperti itu adalah penjelajah Inggris-Irlandia Ernest Shackleton: veteran dari eksplorasi Antarktika sebelumnya, dia telah menjadi bagian dari perlombaan terbesar untuk mencapai Kutub Selatan sebelum penjelajah Norwegia Roald Amundsen mengeklaimnya.

Sebelum perjalanan lintas benua nan ambisius ini, dia memilih kru dan membuat dirinya disayangi dengan makan malam bersama anak buahnya, melawak, memimpin bernyanyi bersama, dan mengatur permainan. Mereka dengan penuh kasih menyebutnya sebagai “Bos.”

Pada awalnya ekspedisi membuat kemajuan yang bagus, tetapi saat musim dingin 1915 Antarktika mendekat, para pria menemukan diri mereka sendiri terjebak di es laut. “Pada pukul 7 malam tekanan yang sangat berat berkembang. Dengan tekanan puntir yang mengangkat bagian depan dan belakang kapal,” tulis Shackleton pada Selasa 26 Desesmber [1915]. Kami dapat melihat dari anjungan bahwa kapal melengkung seperti busur di bawah tekanan kolosal.”

Di hari berikutnya, para kru memindahkan peralatan, instrumen, dan persediaan dan mendirikan kamp di lapisan es yang mengapung. Shackleton menulis, “Namun meski kami terpaksa untuk meninggalkan kapal, yang hancur melampaui semua harapan untuk memperbaikinya, kami masih hidup dan sehat, dan kami mempunyai perbekalan dan peralatan untuk beban yang ada di depan kita.”