Budaya Pamer Potlatch, Rela Bakar Rumah demi Suatu Pengakuan

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 16 Maret 2022 | 12:00 WIB
Tumpukan hadiah yang akan diberikan kepada tamu potlatch yang diadakan oleh Tlakwagila pada tahun 1983 (pages.vassar.edu)

Nationalgeographic.co.id—Budaya yang aneh. Beberapa suku di Benua Amerika rela membakar rumah mereka sendiri demi mendapatkan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya!

Sebagian orang tampaknya mendambakan pengakuan dari orang lain demi memenuhi hasrat prestise. Terkadang, demi mendapatkan pengakuan dari orang lain, seseorang menghalalkan segala cara untuk mencapainya.

Dalam buku Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir karya Marvin Harris, menceritakan budaya Potlatch yang terjadi di beberapa daerah. Tujuan dari budaya ini adalah membagi-bagikan atau menghancurkan harta lebih banyak dari pesaingnya.

Harris menjelaskan, pada abad ke-20 para antropolog dikagetkan saat mendapati suku-suku primitif tertentu yang memiliki perilaku konsumtif, "pemborosan jor joran oleh suatu suku yang bahkan tidak dapat disamai oleh perekonomian konsumtif modern yang paling boros sekalipun."

Mereka bersaing antara satu sama lain bak olimpiade demi suatu pengakuan. Biasanya mereka menyelenggarakan kenduri-kenduri mewah dengan berbagai hidangan di dalamnya. "Sebuah kenduri akan berhasil jika para tamunya bisa makan sampai kekenyangan, terhuyung-huyung ke semak belukar, merogohkan jari ke dalam tenggorokan, muntah, lalu kembali untuk makan lagi," ungkap Harris.

Pencarian status melalui potlatch ditemukan di daerah Pantai Alaska Selatan, British Columbia, dan Washington, saat ditinggali oleh orang Indian Amerika. Bagi seorang kepala suku yang kuat, dirinya berusaha untuk mempermalukan para pesaingnya dan memperoleh kekaguman tiada habis dari para pengikutnya.

Pelaksanaan potlatch oleh suku primitif di British Columbia ( Edward S. Curtis/ Display, Museum of Anthropology, University of British Columbia)

Harris menyampaikan bahwa Tindakan yang biasanya dilakukan oleh kepala suku adalah dengan menghancurkan makanan, pakaian, dan uang.“Sesekali bahkan dirinya mencari prestise dengan membakar habis rumahnya sendiri,” ujar Harris.

Bagi masyarakat Kwakiutl yang tinggal di Pulau Vancouver, British Columbia, dahulu potlatch menjadi bagian dari gaya hidup untuk mendapatkan prestise.  Seorang kepala suku Kwakiutl tidak pernah merasa puas dengan jumlah penghormatan yang dia dapatkan dari pengikutnya dan para kepala suku tetangga. Dirinya selalu gelisah dengan statusnya.

Harris mengungkapkan, Kepala suku Kwakiutl menggelar potlatch untuk mendapatkan validasi bahwa dirinya pantas mendapatkan gelar yang diemban dari orang-orang sekitarnya. Guna membuktikan hal itu, kepala suku tuan rumah memberikan banyak hadiah berharga kepada kepala suku pesaing dan pengikutnya

“para tamu akan merendahkan apa yang mereka terima dan bersumpah untuk mengadakan potlatch balasan dimana kepala suku mereka sendiri akan membuktikan bahwa dia lebih jaya dibanding tuan rumah yang sekarang, dengan membagi-bagi hadiah yang lebih berharga dan banyak,” tambahnya.