Sinar Materi dan Antimateri Sangat Panjang dari Bintang Pulsar Kecil

By Wawan Setiawan, Sabtu, 19 Maret 2022 | 16:00 WIB
Chandra X-ray Observatory adalah teleskop sinar-X paling kuat di dunia. Ini memiliki resolusi delapan kali lebih besar dan mampu mendeteksi sumber lebih dari 20 kali lebih redup daripada teleskop sinar-X sebelumnya. (James Vaughan 330 678-9010)

Nationalgeographic.co.id - Para astronom telah mencitrakan seberkas materi dan antimateri yang panjangnya 64 triliun kilometer dengan menggunakan bantuan Chandra X-ray Observatory milik NASA. Sinar pemecah rekor ini ditenagai oleh pulsar, bintang runtuh yang berputar cepat dengan medan magnet yang kuat. Dengan skalanya yang luar biasa, sinar ini dapat membantu menjelaskan jumlah positron yang sangat besar, antimateri yang setara dengan elektron, di seluruh galaksi Bimasakti.

Para astronom pertama kali menemukan sinar atau filamen ini pada tahun 2020, tetapi mereka tidak mengetahui panjang penuhnya karena melampaui tepi detektor Chandra. Pengamatan Chandra baru oleh pasangan peneliti yang sama diambil pada bulan Februari dan November 2021 menunjukkan filamen itu sekitar tiga kali lebih panjang dari aslinya. Filamen membentang sekitar setengah diameter Bulan purnama di langit, menjadikannya yang terpanjang dari pulsar seperti yang terlihat dari Bumi.

"Sungguh menakjubkan bahwa sebuah pulsar yang lebarnya hanya 10 mil dapat menciptakan struktur yang sangat besar sehingga kita dapat melihatnya dari jarak ribuan tahun cahaya," kata Martijn de Vries dari Universitas Stanford di Palo Alto, California, yang memimpin penelitian tersebut, seperti yang dilaporkan Tech Explorist. "Dengan ukuran relatif yang sama, jika filamen membentang dari New York ke Los Angeles, pulsar akan menjadi sekitar 100 kali lebih kecil dari objek terkecil yang terlihat dengan mata telanjang," imbuhnya.

Pulsar tersebut bernama PSR J2030+4415 dan terletak sekitar 1.600 tahun cahaya dari Bumi. Benda seukuran kota ini berputar sekitar tiga kali per detik, lebih cepat dari kebanyakan kipas langit-langit.

Tampilan jarak dekat di panel kanan menunjukkan sinar-X yang dibuat oleh partikel yang terbang di sekitar pulsar itu sendiri. Ketika pulsar bergerak melalui ruang angakasa, beberapa partikel keluar dan menciptakan filamen panjang. Di kedua panel, data cahaya optik dari teleskop Gemini di Mauna Kea di Hawaii telah digunakan dan tampak merah, coklat, dan hitam. Panjang penuh filamen ditunjukkan pada gambar terpisah.

Tampilan close-up di panel kanan menunjukkan sinar-X yang dibuat oleh partikel yang terbang di sekitar pulsar itu sendiri. Ketika pulsar bergerak melalui ruang angakasa, beberapa partikel keluar dan menciptakan filamen panjang. (X-ray: NASA/CXC/Stanford Univ./M. de Vries; Optical: NSF/AURA/Gemini Consortium)

Hasil penelitian ini telah diterbitkan di The Astrophysical Journal pada 7 Februari 2022 dengan judul "The Long Filament of PSR J2030+4415". Studi ini memberikan wawasan baru tentang sumber antimateri Bimasakti, yang mirip dengan materi biasa tetapi dengan muatan listriknya yang terbalik. Misalnya, positron adalah muatan positif yang setara dengan elektron.

Sebagian besar alam semesta terdiri dari materi biasa daripada antimateri. Namun, para ilmuwan terus menemukan bukti untuk jumlah positron yang relatif besar dalam detektor di Bumi, yang mengarah pada pertanyaan: Apa kemungkinan sumber antimateri ini?

 Baca Juga: Ditemukan, Pulsar Paling Jauh dan Paling Cerah di Alam Semesta

 Baca Juga: Misterius, Objek Luar Angkasa Ini Kirim Gelombang Radio Tiap 18 Menit

 Baca Juga: Astronom Mengembangkan Metode Baru Untuk Memahami Evolusi Galaksi

Para peneliti berpikir bahwa pulsar seperti PSR J2030+4415 mungkin menjadi salah satu jawabannya. Kombinasi dua kondisi ekstrem, yaitu rotasi cepat dan medan magnet pulsar yang tinggi, menyebabkan percepatan partikel dan radiasi energi tinggi yang menciptakan pasangan elektron dan positron. (Proses biasanya mengubah massa menjadi energi, yang terkenal ditentukan oleh persamaan E = mc2 Albert Einstein, dibalik, dan energi diubah menjadi massa.)