Kunjungan Singkat dan Kisah Lodeh Buatan Hartini yang Memikat Soekarno

By Galih Pranata, Minggu, 20 Maret 2022 | 08:00 WIB
Kunjungan Soekarno dan Hartini Soekarno di Istana Ptuj, Slovenia pada tahun 1960. (Wikimedia Commons)

 Baca Juga: Bung Karno dan Sate Sebagai Penyambung Lidah Rakyat Asia-Afrika

 Baca Juga: Sekerat Hikayat Menu Babi Nusantara sampai Resep Warisan Bung Karno

Hartini adalah sosok yang banyak digambarkan dalam literatur sejarah sebagai sosok yang cantik dan memiliki unggah-ungguh kesopanan khas wanita Jawa yang berbudaya. "Setelah pertemuan tersebut, Soekarno terbayang terus pesona Hartini," terusnya.

Suatu hari Soekarno yang terus memikirkan sosok Hartini, mulai terbangun dari lamunannya. Ia bergegas menulis di secarik kertas yang berisikan sajak, "Tuhan telah mempertemukan kita Tien (Hartini), dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir."

"Kata-kata mematikan diucapkan lewat surat yang dikirim kepada Hartini dikejauhan, membuat hati Hartini gelisah. Terlebih isi surat merayu dan mendayu membuat Hartini berbunga-bunga bercampur was-was," terang Samingan.

Pertemuan keduanya terjadi empat bulan setelah pertemuan pertama. Pertemuan kedua sudah diatur, yakni pada acara peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan, Jawa Tengah.

Hartini Soekarno berpotret dengan Norodom Sihanouk dan istrinya. (Penjambung Lidah Rakjat)

Seminggu kemudian, datang surat yang ditulis Soekarno untuk Hartini dengan nama samaran Srihana. Untuk menyebut Hartini, Soekarno menggunakan samaran Srihani.

"Soekarno sengaja menggunakan nama samaran supaya pihak istana tidak mengetahui jalinan hubungannya dengan Hartini," sebutnya.

Hartini masih ragu akan statusnya ke depan jika menikah dengan Soekarno. Walaupun begitu, Soekarno dengan sekuat tenaga membangun keyakinan dan cintanya kepada Hartini.

Akhirnya, jalinan kisah cintanya berujung pada sebuah moment peminangan. Menanggapi pinangan Soekarno, Hartini belum bisa memutuskan secara cepat, terlebih, Hartini tahu betul bahwa Soekarno masih memiliki Fatmawati sebagai first lady.

"Sesudah menjalani hubungan selama satu tahun, Hartini memutuskan menerima pinangan Soekarno dengan syarat Ibu Fatmawati tetap menjadi first lady, dan menjadikannya istri kedua," tulisnya lagi.

Soekarno dan Hartini berencana segera menikah dengan restu dari Fatmawati, meskipun tak lama setelahnya, Fatmawati memilih untuk keluar dari Istana. Soekarno dan Hartini akhirnya menikah di Istana Cipanas pada 7 Juli 1953.