Adakah penerus jejak Jaap Kunst? Menurut Citra, saat ini sebenarnya ada beberapa orang juga yang rela seperti Jaap Kunst, mendatangi pelosok-pelosok daerah di Indonesia dan merekam bunyi alat-alat musik di sana. Misalnya, Aural Archipelago, sebuah proyek perekaman musik-musik tradisi Indonesia yang dilakukan oleh Palmer Keen, etnomusikolog dari Amerika Serikat yang kini berbasis di Yogyakarta.
"Dia juga melakukan hal yang sama, entah dari mana fundingnya atau dari dana pribadi," ucap Citra. "Yang jelas, memang ada orang-orang yang begitu mengagumi musik Nusantara. Bahkan kita bilangnya sebagai renjana, ya."
Apa pentingnya perekaman atau pelestarian musik-musik tradisi Nusantara ini? Bagi Citra pribadi, arsip-arsip dari Jaap Kunst ini bisa menunjukkan siapa kita sebenarnya sekitar seratus tahun yang lalu, alat musik apa yang nenek moyang kita mainkan, identitas bangsa kita sebenarnya.
Selain itu, "dengan mulai adanya publikasi-publikasi mengenai apa yang ada di Nusantara, ini menjadi sebuah alat diplomasi negara kita untuk mengatakan bahwa kita memiliki kebudayaan yang setara dengan yang ada di Eropa," papar Citra.
Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia yang menjadi moderator dalam acara ini, kembali menegaskan sekali lagi bahwa sumbangan Jaap Kunst tidak hanya berarti bagi Indonesia atau Nusantara, tapi juga bagi dunia. Dengan adanya penelitian Jaap Kunst, orang-orang di seluruh dunia kemudian sadar bahwa "musik Timur memiliki kompleksitas yang sama dengan musik Barat sehingga kita memiliki tinggi yang sama."
Musik di Timur memiliki keunikan dan ilmu tersendiri sehingga setara dengan musik Barat. Diskriminasi terhadap musik beradasarkan asal wilayahnya jadi hilang.
Jaap Kunst berkesempatan pula bekerja sebagai kurator di Royal Tropical Institute dan dosen tamu di Universiteit van Amsterdam (UvA) untuk mengajari disiplin ilmu etnomusikologi. Dia terus mencintai musik-musik tradisi Nusantara dan telah "menikahi" musik hingga akhir hayatnya.