Bongal nan Kosmopolit, Konteks Temuan Perahu Kuno dan Manik Romawi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 24 Maret 2022 | 08:00 WIB
Bagian perahu kuno dengan teknologi Asia Tenggara yang ditemukan tim Kantor Arkeologi Sumatra Utara, yang berukir aksara Pallawa. Para arkeolog masih bekerja untuk menyingkap makna di baliknya. (Kantor Arkeologi Sumatra Utara)

Nationalgeographic.co.id—Situs Bongal di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara membuka mata tentang riwayat bangsa Nusantara, khususnya di tatar Melayu. Situs arkeologi ini mengisahkan hubungan mancanegara yang luas dari Tiongkok hingga Timur Tengah.

Para arkeolog dari Kantor Arkeologi Sumatra Utara bahkan menemukan manik-manik berlapis emas dan kaca dari milenium awal Masehi. Manik-manik itu berunsur kebudayaan Romawi saat menguasai Mesir, dan jenisnya diproduksi sejak abad ketiga Sebelum Masehi. Produksi itu masih berjalan di Mesir hingga perkembangan Islam dari Jazirah Arab.

"Pertanggalan yang kami temukan, itu yang paling tua abad keenam Masehi, artinya sekitar tahun 500-an, atau bisa dibilang abad pertama hijriah," jelas Ery Soedewo, salah satu peneliti di Kantor Arkeologi Sumatra Utara. "Okupasi di situs Bongal yang pasti pertanggalannya di abad keenam itu, tetapi kami masih membuka kemungkinan okupasinya bisa jadi jauh lebih tua atau lebih muda."

Hubungan yang lebih jauh masih dugaan lantaran buktinya nyaris tidak ada. Tetapi jika menelisik jauh berdasarkan temuan di Mesir, rempah yang kemungkinan kuat berasal dari Asia Tenggara telah digunakan sejak periode Firaun. 

Giorgio Buccelati dan Marilyn Kelly Buccellati, arkeolog dari UCLA Coetsen Institute of Archeology, sebelumnya mengidentifikasi adanya cengkih pada mumi Firaun Ramses II. Cengkih diyakini adalah rempah-rempah asli dari bumi Nusantara. Pemanfaatan rempah-rempah juga banyak ditemukan di Timur Tengah yang berasal dari Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur.

Arkeolog University of Haifa Ayelet Gilboa di jurnal Radiocarbon tahun 2015, rempah-rempah Asia Tenggara bisa sampai di Timur Tengah kemungkinan besar berasal dari rute perdagangan dari Asia Selatan. Perdagangan ini diperkirakan sudah ada di dataran Mesopotamia sekitar 1720 SM.

Sejarawan masa Yunani kuno Herodotus (sekitar 484 SM –  sekitar 425) bahkan mencatat penggunaan rempah-rempah Asia tiba di Yunani di zaman besi. Gilboa yang mengutip catatan itu, memperkirakan pencapaian ini berkat perdagangan yang sudah ada di Levant (kini Lebanon, Suriah, Israel, dan Palestina) lewat jalur darat dan laut.

Namun, jejak interaksi itu belum terungkap berdasarkan bukti yang ada di Nusantara pada periode tersebut. Dunia luar baru menyebutkan Nusantara berdasarkan catatan Ptolemaeus yang menulis adanya bandar niaga yang bernama Barousai (Barus) di pesisr barat Pulau Sumatra. Tetapi artefak di Barus sendiri tidak menunjukkan usia yang sewaktu dengan Ptolemaeus di abad pertama Masehi.

    

Baca Juga: Takdir Nusantara, Dari Jelajah Rempah Sampai Jelajah Emas Hitam

Baca Juga: Rempah Terlupakan, Sains Berupaya Memuliakan Kapur Barus Kembali

Baca Juga: Situs Bongal Singkap Jejak Perdagangan Zaman Romawi di Nusantara