Caesarion, Buah Cinta Kaisar Romawi Julius Caesar dengan Cleopatra

By Sysilia Tanhati, Jumat, 25 Maret 2022 | 08:00 WIB
Meski orang Romawi mengatakan bahwa Caesarion sangat mirip dengan Julius Caesar, ia tidak dicantumkan dalam wasiat Caesar. (Franklin Institute, Philadelphia)

Caesar mendukung klaimnya atas takhta, memicu pemberontakan pendukung Ptolemy yang berakhir dengan terbunuhnya Ptolemy. Caesar menempatkan Cleopatra VII yang berusia 21 tahun di atas takhta.

Dia akan memerintah bersama, atas nama, dengan adik laki-lakinya, Ptolemy XIV. Untuk mengonsolidasikan aliansi, Cleopatra mengundang Caesar, 30 tahun lebih tua darinya, untuk tinggal di Mesir bersamanya.

Putra Romawi dan Mesir

Selama dua bulan Cleopatra menghibur Caesar, mengungkapkan kepadanya pesona yang ditawarkan oleh Lembah Nil dan dia sendiri. Plutarch menulis, ”Kaisar sering berpesta dengannya sampai fajar dan mereka akan berlayar bersama ke Etiopia.”

Pada saat Caesar meninggalkan Mesir, Cleopatra hamil dan melahirkan bayi laki-laki pada tahun 47 SM. Ratu Mesir itu secara terbuka menyatakan Julius Caesar sebagai ayah sang bayi. Pendeta Mesir mengajarkan bahwa dewa Amun menjelma menjadi pribadi Caesar, orang paling berkuasa di dunia saat itu.

Pada akhir 46 SM, Cleopatra mengunjungi Romawi atas undangan Caesar, membawa Caesarion dan semua arak-arakan kerajaan. “Caesar tidak akan membiarkan dia kembali ke Aleksandria tanpa gelar tinggi dan hadiah kaya,” ungkap Plutarch. Menurutnya, Caesar bahkan mengizinkannya untuk memanggil putra yang telah dilahirkannya dengan namanya sendiri. Sang kaisar menyambut Cleopatra dan keluarganya di salah satu vila pinggiran kotanya, Horti Caesaris, menghujaninya dengan penghargaan resmi.

Banyak orang Romawi mengatakan bahwa anak itu sangat mirip dengan Julius Caesar. Jika klaim Cleopatra benar maka Caesarion adalah satu-satunya anak Caesar yang masih hidup.

Meski mendapat sambutan dingin dari masyarakat Romawi, Julius Caesar tetap optimis dengan hubungan antara Romawi dan Mesir. Desas-desus menyebar bahwa ia bahkan mempertimbangkan pemindahan ibu kota kekaisaran ke Aleksandria.

Rencananya tidak akan terwujud, karena Caesar dibunuh pada Ides of March pada tahun 44 SM. “Alih-alih mengakui Caesarion sebagai ahli warisnya, ia menulis dalam surat wasiatnya bahwa keponakan buyutnya, Gaius Octavius​, adalah ahli warisnya,” Juan Pablo Sánchez menuturkan di laman National Geographic.

Cleopatra dan Caesarion berada di Roma ketika Caesar dibunuh. Menyadari bahwa hidup mereka dalam bahaya, Cleopatra memutuskan untuk segera kembali ke Mesir.

Nasib Cleopatra dan Caesarion setelah kematian Caesar

Sesampainya di Aleksandria, Cleopatra bergerak untuk mengonsolidasikan kekuatannya. Sumber mengatakan bahwa ia menunjuk putranya yang masih balita sebagai wakil bupati. Dari sini, Caesarion secara resmi diakui sebagai Ptolemy XV Caesar.