“Mengenai kemungkinan kematian komet, saya tidak keberatan dengan fakta bahwa komet itu mungkin telah hancur. Dengan orbit hiperbolik pasca-perihelion, saya pernah membayangkan komet di masa depan yang dalam menghantui tata surya lain. Sekarang dengan intinya yang mungkin hancur, mungkin lebih aneh lagi muncul sebagai gumpalan debu dan gas yang hiperbolik," kata Leonard. "Mungkin masih ada beberapa teleskop penelitian yang melacak perkembangan dan kematiannya, sehingga memajukan pemahaman kita tentang perilaku komet. Bagaimanapun, menemukan atau sekadar mengamati komet bagi saya tetap merupakan pengalaman yang merendahkan hati, dan kekaguman saya terhadap komet semakin dalam selama bertahun-tahun,” imbuhnya.
Mengamati komet ini sangat menantang karena terletak di langit malam selatan, tidak jauh dari Matahari. Namun, para astronom terus memantaunya saat memudar.
Pada 23 Februari 2022, Martin Masek mencitrakan komet tersebut dan menyadari bahwa komet tersebut tidak memiliki kondensasi sentral. Pengamat lain, termasuk teleskop SLOOH di Cili, memperoleh gambar yang menunjukkan komet itu menjadi 'garis hantu'.
Skenario yang mungkin terjadi adalah inti komet pecah, menguap, atau keduanya.
Selamat tinggal Leonard!