Berdasarkan laporan studi ini, dari 18.273 temuan sampah di Jakarta, sekitar 8,2 persennya merupakan limbah pakaian. Informasi yang terdapat dalam Indonesia Circular Forum juga menunjukkan bahwa 470.000 ton tekstil terbuang percuma selama proses pembuatannya.
Baca Juga: Para Ahli Kembangkan Bakteri Ini untuk Mengubah Karbon Dioksida
Baca Juga: LIPI Tawarkan Solusi untuk Masalah Limbah Masker Sekali Pakai
Baca Juga: Tim Peneliti Belanda: Mangrove di Pesisir Jawa Dibekap Sampah Plastik
Pable, perusahaan rintisan pengolahan limbah tekstil, hadir sejak awal 2020 untuk menjawab bersama tantangan permasalahan ini. Aryenda Atma, Founder & Creative Director Pable, meyakini kehadiran perusahaannya mampu menawarkan alternatif baru dalam memproduksi dan mengonsumsi suatu produk.
"Kami sangat percaya bahwa Pable dapat menghadirkan alternatif baru dalam mengkonsumsi sebuah produk. Di sini kami mengolah limbah tekstil, menjadikannya benang daur ulang, serta memprosesnya kembali menjadi barang baru," kata Aryenda Atma, Founder & Creative Director Pable.
Dari hasil daur ulang sampah tekstil industri, Pable bisa menghasilkan beberapa output seperti kain tekstil siap pakai yang dapat diaplikasikan menjadi pakaian. Mereka juga memproduksi produk zero waste yang dapat dijual kembali seperti pouch, keset, serbet, karpet, alas piknik hingga keranjang. Memproduksi tanpa limbah, itulah tujuan Pable.
Andien Aisyah, seorang penyanyi terkenal nasional, juga turut menggaungkan penyelamatan lingkungan dalam kehidupan sehari-harinya. Melalui Setali Indonesia, komunitas yang bergerak di bidang mode berkelanjutan, Andien mengkampanyekan bahwa gaya hidup hijau bisa digerakkan pada bidang mode. Misalnya mengurangi limbah tekstil dengan mengenakan pakaian bekas.
"Khususnya Gen-Z, mungkin bisa dibilang kesadaran anak muda sekarang jauh lebih baik ketimbang aku SMP atau SMA. Bagaimana hampir anak muda sekarang mengarah ke gaya hidup yang sustainable. Mereka shifting ke ramah lingkungan," ucap Andien.
Limbah manusia yang bisa dimanfaatkan tidak hanya sampah pakaian, tapi juga jenis sampah-sampah lainnya. Mulai dari sampah makanan atau organik untuk dijadikan pupuk kompos, hingga sampah kemasan anorganik seperti plastik, kardus/kertas, dan kaleng untuk dipakai kembali atau didaur ulang.
Pada akhirnya, upaya manusia untuk memanfaatan limbah atau sampah adalah untuk kebaikan kehidupan umat manusia juga. Dengan mengurangi emisi atau jejak karbon dari limbah kita, berarti kita turut mencegah atau setidaknya mengurangi dampak dari perubahan iklim yang bisa menghancurkan kehidupan manusia.
Berkenaan dengan strategi mitigasi perubahan iklim, Toyota Eco Youth kembali hadir untuk mencetak agen perubahan dan mengedukasi anak muda Indonesia untuk berperan dalam upaya mencapai netralitas karbon. Dalam programnya yang ke-12 kali ini, Toyota Eco Youth mengusung tema "Ecozoomers"—sebutan untuk Gen-Z yang memiliki kepedulian dalam menyelamatkan lingkungan dengan memanfaatkan teknologi.