Jalur Kereta Trans-Iran, Menghidupkan Kembali Pariwisata Usai Isolasi

By Sysilia Tanhati, Senin, 28 Maret 2022 | 13:00 WIB
Salah satu hal hebat tentang bepergian keliling Iran adalah tidak ada yang meninggalkan Anda sendirian. Orang akan mengobrol dan berbagi makanan dengan Anda. (Javad_esmaeili/Pixabat)

Tetapi setelah Revolusi Iran pada tahun 1979, yang diikuti oleh Perang Iran-Irak, arus wisatawan yang dulu stabil jadi mengering. Negara ini berjuang di bawah sanksi internasional selama beberapa dekade yang menghancurkan ekonomi dan jutaan mata pencaharian.

Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, tetapi juga menjadi magnet bagi konflik kekerasan.

Berbagai penelitian menemukan bahwa liputan media Amerika Serikat dan Inggris tentang revolusi dan program nuklir memperkuat sentimen negatif tentang Iran. Ini terjadi antara 1980-an dan 2010-an, Iran sering dicap sebagai anti-Barat. Semua ini berdampak pada sektor pariwisatanya.

Era baru perjalanan kereta api

Pada 2015, sanksi terkait nuklir terhadap Iran dicabut setelah negosiasi dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Pariwisata berangsur pulih.

Menurut laporan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Timur Tengah mencatat pertumbuhan pariwisata tertinggi pada 2019. Iran adalah salah satu tujuan dengan pertumbuhan tercepat.

Negara ini bertujuan untuk menarik 20 juta pengunjung pada tahun 2025 (naik dari 4,8 juta pada tahun 2014). Untuk mendukung sektor pariwisata, negara ini berinvestasi di hotel, fasilitas pariwisata, dan transportasi. Itu termasuk lebih dari 6.880 km jalur kereta api baru dalam tujuh tahun terakhir.