Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru yang dipimpin oleh ahli Australian Museum paleontologists telah berhasil menjelaskan asal usul dua hewan misterius dari ordo monotremata, yaitu ekidna dan platipus. Kedua hewan tersebut adalah mamalia bertelur terakhir yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Selama ini, monotremata telah menarik perhatian para ahli karena kekhasannya.
Keunikan monotremata sangat jelas, hewan ini adalah satu-satunya mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur. Seperti halnya mamalia lain, monotremata, memiliki kelenjar susu, tetapi mereka tidak memiliki puting susu. Susu akan disalurkan melalui rambut-rambut yang ada pada perut betina.
Sekarang, para ahli telah menemukan asal usul dua hewan paling khas di dunia itu. Monotremata diperkirakan bermigrasi dari Papua Nugini ke Australia sekitar 130 juta tahun yang lalu dan menjadi penyintas terakhir yang menjelajahi benua selatan. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di Alcheringa, Australasian Journal of Paleontology dengan judul "A review of monotreme (Monotremata) evolution."
Ahli mamalia Profesor Tim Flannery meneliti satu-satunya monotremata yang masih hidup di dunia mengatakan. Penelitian ini mengungkapkan kisah asal usul monotremata yang unik dan membantu mereka memahami bagaimana monotremata datang untuk hidup di Australia dalam segala bentuk dan ukuran sepanjang catatan temuan fosilnya.
Flaneery adalah salah satu ahli lingkungan di Australia yang terlibat dalam penelitian ini. Dia bekerja bersama ilmuwan dari Museums Victoria, Monash University, dan Swinburne University di Melbourne dan Smithsonian Institution dari Amerika Serikat. Mereka memeriksa setiap fosil monotremata penting yang diketahui.
Di antara fragmen dari hutan kutub prasejarah terungkap sisa-sisa monotremata tertua dan terkecil, Teinolophos trusleri, yang kini telah diklasifikasikan dalam keluarga mamalia baru. Monotremata ini terbatas pada endapan Barremian paling atas dari Grup Strzelecki di Victoria, Australia. Massa tubuhnya diperkirakan 40 gram, menjadikannya monotremata terkecil yang diketahui.
"Adaptasi bertahan hidup yang luar biasa untuk monotremata mini ini, yang kami perkirakan memiliki massa tubuh sekitar 40 gram, kira-kira seberat sepotong roti," kata Flannery seperti dilansir Sci-News.
"Bayangkan dia menggunakan moncongnya untuk terjun ke lumut dan salju untuk menemukan makanan yang tidak bisa dilihat dan belum disentuhnya."
Selain itu, para peneliti juga menganalisis fosil mamalia bertelur terbesar yang pernah ada, ekidna raksasa dari Australia Barat, yang diberi nama genus baru, Murrayglossus. "Beratnya 30 kilogram, kira-kira seukuran wombat, monotremata besar ini akan berkali-kali lipat ukuran ekidna Australia modern," kata kepala ilmuwan Australian Museum, Kristofer Helgen.
Selama awal Albian, pertengahan Cenomania, monotremata terdiversifikasi di Australia dan berevolusi dengan massa tubuh lebih dari 4 kilogram. Monotremata menjadi salah satu mamalia Mesozoikum terbesar. Sekitar 35 juta tahun kemudian memisahkan monotremata Mesozoikum termuda dari monotremata Kenozoikum tertua.
Baca Juga: Menghebohkan Sains, Misteri Penis Berkepala Empat Ekidna Terpecahkan
Baca Juga: Hasil Buka Sasi Kelompok Perempuan Rajaampat: Panen Besar Biota Laut
Baca Juga: Hiu Berjalan dan Puluhan Spesies Baru Lainnya Ditemukan di Laut Papua
Para peneliti percaya bahwa fosil monotremata tertua menunjukkan bahwa hewan itu cocok secara eksklusif dengan iklim kutub, yang membatasi penyebarannya ke tempat lain. "Ekidna ditemukan dalam catatan fosil Australia hanya 2 juta tahun yang lalu. Namun studi genetik menunjukkan ekidna berevolusi dari nenek moyang mirip platipus puluhan juta tahun sebelum itu," Helgen menjelaskan.
"Kami pikir ekidna berasal dari sebuah pulau di tempat yang sekarang menjadi bagian dari Papua Nugini, dan mereka mencapai Australia selama periode pertukaran fauna sekitar permulaan Zaman Es."
Penelitian ini juga mengklasifikasikan monotremata yang masih hidup dalam keluarga mamalia baru. Lima spesies hidup ditempatkan dalam dua keluarga, Ornithorhynchidae, dengan satu spesies hidup, platipus (Ornithorhynchus anatinus) dan Tachyglossidae, yang meliputi ekidna berparuh pendek (Tachyglossus aculeatus) dan ekidna berparuh panjang (genus Zaglossus).
Sementara itu, Flannery mengatakan meskipun penelitian berfokus pada masa lalu, para peneliti juga ingin menyoroti kebutuhan mendesak untuk perlindungan platipus dan echidna modern. "(Platipus dan echidna) berada di bawah ancaman dan penurunan sebagai akibat degradasi habitat yang disebabkan oleh manusia," kata Flannery.