Rekor Baru, Hubble Mendeteksi Bintang Terjauh yang Pernah Dilihat

By Ricky Jenihansen, Senin, 4 April 2022 | 12:00 WIB
Tampilan mendetail ini menyoroti posisi Earendel bintang di sepanjang riak dalam ruang-waktu (garis putus-putus). (NASA)

 

Nationalgeographic.co.id—Teleskop Luar Angkasa Hubble Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA dilaporkan telah mendeteksi bintang terjauh yang pernah diamati hingga saat ini. Saking jauhnya, bintang tersebut berjarak 12,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Bintang tersebut diberi nama Earendel, yang berarti "bintang pagi" dalam bahasa Inggris Kuno.

Deteksi baru dari Hubble ini merupakan tolok ukur baru yang luar biasa, menurut para astronom. Mendeteksi cahaya bintang yang ada dalam miliaran tahun pertama setelah kelahiran alam semesta dalam big bang, bintang individu terjauh yang pernah terlihat hingga saat ini.

Penemuan ini merupakan lompatan besar, menggantikan pengamatan sebelumnya yang juga dari Hubble pada tahun 2018. Bintang itu ada ketika alam semesta berusia sekitar 4 miliar tahun, atau 30 persen dari usianya saat ini, pada waktu yang oleh para astronom disebut sebagai "pergeseran merah 1,5". Para ilmuwan menggunakan kata "pergeseran merah" karena saat alam semesta mengembang, cahaya dari objek yang jauh diregangkan atau "digeser" ke panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih merah saat bergerak ke arah kita.

Bintang yang baru terdeteksi itu sangat jauh sehingga cahayanya membutuhkan 12,9 miliar tahun untuk mencapai Bumi. Tampak bagi kita seperti ketika alam semesta hanya 7 persen dari usianya saat ini, pada pergeseran merah 6,2. Objek terkecil yang sebelumnya terlihat pada jarak yang sangat jauh adalah gugusan bintang, yang tertanam di dalam galaksi awal.

Astronom Brian Welch dari Johns Hopkins University di Baltimore menjelaskan temuan tersebut. "Kami hampir tidak percaya pada awalnya, itu jauh lebih jauh dari bintang paling jauh sebelumnya, pergeseran merah tertinggi," kata Welch dalam rilis media oleh NASA.

Penemuan ini dibuat dari data yang dikumpulkan selama program RELICS (Reionization Lensing Cluster Survey) Hubble. Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature dengan judul "A highly magnified star at redshift 6.2."

Ilustrasi Teleskop Hubble (NASA)

Welc mengatakan, biasanya pada jarak itu, seluruh galaksi terlihat seperti noda kecil, dengan cahaya dari jutaan bintang yang menyatu. "Galaksi yang menampung bintang ini telah diperbesar dan terdistorsi oleh lensa gravitasi menjadi bulan sabit panjang yang kami beri nama the Sunrise Arc," katanya.

Setelah mempelajari galaksi secara rinci, Welch menentukan bahwa itu adalah bintang yang sangat besar yang disebutnya Earendel, yang berarti "bintang pagi" dalam bahasa Inggris Kuno. Penemuan ini menjanjikan untuk membuka era pembentukan bintang yang sangat awal yang belum dipetakan.

"Earendel sudah ada begitu lama sehingga mungkin tidak memiliki semua bahan mentah yang sama seperti bintang-bintang di sekitar kita saat ini," jelas Welch.

Menurut Welch, mempelajari Earendel akan menjadi jendela ke era alam semesta yang tidak kita kenal, tetapi itu mengarah pada semua yang kita ketahui.

Baca Juga: 'Bintang Pagi' Temuan Hubble ini Jadi Target Utama Teleskop James Webb