Makin Populer, Ilmuwan Terus Kembangkan Terapi Puasa untuk Pengobatan

By Ricky Jenihansen, Kamis, 7 April 2022 | 11:00 WIB
Terapi puasa telah menjadi populer beberapa tahun terakhir. Para ahli percaya bahwa puasa suatu hari nanti bisa diresepkan sebagai pengobatan. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Terapi puasa telah menjadi populer beberapa tahun terakhir. Para ahli percaya bahwa puasa suatu hari nanti bisa diresepkan sebagai pengobatan. Metode tersebut menjadi harapan di masa depan untuk mengobati penyakit inflamasi kronis, penyakit gastrointestinal (penyakit pencernaan) menular, bahkan hingga penyakit jantung koroner dan diabetes.

Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa puasa rutin berkala berdampak positif bagi kesehatan. Puasa rutin berkala dapat menurunkan kolesterol yang notabene diketahui bahwa kolesterol tinggi merupakan pemicu penyakit jantung koroner. Puasa rutin berkala juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan gangguan pencernaan dan yang terbaru puasa dapat membantu mengobati penyakit inflamasi kronis.

Bruce Vallance, peneliti di Departemen Pediatri di Rumah Sakit Anak, University of British Columbia mengatakan penelitian lebih lanjut tentang terapi puasa diperlukan. Vallance adalah salah satu ilmuwan yang beberapa tahun terakhir fokus pada penelitian tentang puasa.

Vallance dan rekan penelitinya telah menunjukan bahwa terapi puasa atau pembatasan kalori memiliki potensi untuk memodulasi penyakit pencernaan menular dan berpotensi tidak secara menguntungkan.

"Penelitian kami menyoroti peran penting yang dimainkan makanan dalam mengatur interaksi antara inang, patogen enterik, dan mikrobioma usus. Ketika makanan terbatas, mikrobioma tampaknya menyerap nutrisi yang tersisa, mencegah patogen memperoleh energi yang mereka butuhkan untuk menginfeksi inangnya," Vallance menjelaskan dalam laporannya di jurnal PLoS Pathogens.

Pada penelitian lain, dari Intermountain Medical Center Heart Institute telah menambahkan bukti manfaat kesehatan dari puasa. Penelitian tersebut menunjukan menunjukan bahwa puasa berkala secara rutin ternyata juga menyebabkan perubahan signifikan pada kadar kolesterol dan baik untuk jantung.

Dr. Benjamin D. Horne, PhD, MPH, peneliti utama studi tersebut mengatakan bahwa penelitian mereka mengungkapkan hubungan antara puasa dan penurunan risiko penyakit jantung koroner. Kolesterol tinggi telah diketahui merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner bersama dengan trigliserida, kegemukan dan kadar gula darah tinggi.

Puasa sering dikaitkan dengan ritual agama. (Shutterstock)

Dari hasil penelitian ini, para peneliti dapat membuktikan bahwa puasa dapat menyebabkan perubahan signifikan pada semua faktor risiko tersebut. Dan artinya puasa dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner secara keseluruhan dan baik untuk kesehatan jika dijadikan gaya hidup.

Sejumlah penelitian sebelumnya juga telah menunjukan manfaat puasa untuk kesehatan hingga terapi pengobatan. Puasa diharapkan dapat menjadi metode pengobatan di masa depan yang lebih efektif.

Sekarang, tim peneliti dari Helmholtz Munich, Ulm University, Technical University of Munich (TUM), German Center for Diabetes Research (DZD), the Heidelberg University Hospital, dan University of Southern Denmark bersama mengambil langkah penting menuju terapi berbasis puasa. Puasa sukarela, misalnya puasa dengan interval, bermanfaat bagi kesehatan bagi banyak orang, tergantung kondisi masing-masing, menurut para peneliti.

Asupan makanan mengontrol hubungan kompleks antara inang, patogen, dan mikrobiota usus selama infeksi. (Darryl Leja)