Awas! Rambut Memutih Dalam Semalam Karena Sindrom Marie Antoinette

By Sysilia Tanhati, Rabu, 6 April 2022 | 16:00 WIB
Karena takut akan eksekusi, rambut ratu Prancis Marie Antoinette memutih dalam semalam. (William Hamilton/Museum of the French Revolution)

Nationalgeographic.co.id—Suatu kali, seorang ratu pergi tidur dengan rambut cokelat dan bangun dengan rambut putih. Pada pagi hari eksekusinya, seorang pria menemukan rambutnya telah memutih. Dan pengalaman mendekati kematian mengubah rambut seorang prajurit muda menjadi putih dalam semalam. Ketiganya menggambarkan apa yang sekarang disebut sindrom Marie Antoinette atau yang dikenal juga dengan nama canities subita.

Kisah yang paling terkenal, tentu saja, rambut ratu Prancis itu memutih setelah gagal melarikan diri selama Revolusi. Meskipun Antoinette gemar mengenakan wig putih di masa itu, dia tidak senang dengan perubahan pada penampilannya itu.

Kasus-kasus sindrom Marie Antoinette tampaknya tidak mungkin secara ilmiah. Namun lusinan kasus, beberapa bahkan disaksikan oleh dokter, melaporkan perubahan warna rambut secara tiba-tiba. Apakah sindrom Marie Antoinette itu nyata?

Karena ketakutan, rambut Maria Antoinette memutih dalam sekejap

Pada 20 Juni 1791, keluarga kerajaan Prancis melarikan diri dari kejaran kaum revolusioner di Paris. Antoinette mendorong suaminya, Louis XVI, untuk pergi ke wilayah yang dikendalikan oleh saudara laki-lakinya, Kaisar Joseph II. 10.000 tentara yang masih setia kepada monarki akan membantu merebut kembali takhta mereka.

Rencananya adalah bencana

Menyamar sebagai pengasuh dan pelayan, ratu dan raja meninggalkan Paris. Mereka berkendara sepanjang malam, berharap untuk mencapai sekutu sebelum mereka tertangkap. Berita pelarian mereka pun segera tersebar.

Di kota Varennes, penyamarannya terkuak. Dikawal oleh gerombolan pengawal dan warga bersenjata, Louis XVI dan Antoinette digiring kembali ke Paris.

Keduanya tidak akan meninggalkan kota lagi. Raja akan menghadapi pengadilan pengkhianatan dan blok eksekusi pada tahun 1793, segera diikuti oleh Antoinette.

Namun, ketika dia kembali ke Paris, Antoinette bukanlah wanita yang sama yang melarikan diri pada malam tanggal 20 Juni. “Dalam semalam, rambutnya berubah menjadi warna putih yang mengejutkan,” ungkap Genevieve Carlton dilansir dari laman All That’s Interesting.

Henriette Campan, dayang ratu, membenarkan perubahan itu. “Pertama kali saya melihat Yang Mulia setelah bencana malang perjalanan Varennes … wajahnya tidak banyak berubah. Setelah kata-kata manis pertama yang dia ucapkan kepada saya, dia melepas topinya. Ratu menginginkan saya untuk mengamati efek kesedihan yang dihasilkan pada rambutnya.”

“Itu telah menjadi, dalam satu malam. Rambutnya seputih wanita berusia tujuh puluh tahun,” Campan menceritakan. Saat itu, Antoinette baru berusia 35 tahun.

Kasus Marie Antoinette membuat bingung para ilmuwan selama berabad-abad. Rambut seseorang biasanya memutih seiring dengan bertambahnya usia. Apakah mungkin bisa berubah menjadi putih dalam semalam?

Kasus sindrom Marie Antoinette dalam sejarah

Kasus rambut memutih dalam semalam tidak hanya terjadi pada ratu Prancis Marie Antoinette saja.

Berabad-abad sebelum Revolusi Prancis, rambut Thomas More juga memutih dalam semalam. Seorang humanis dan pengacara, More menolak untuk menerima Henry VIII mengakhiri pernikahan pertamanya dan meninggalkan Gereja Katolik. Ketika raja menuntut More untuk mengambil Sumpah Supremasi, More malah memilih penjara dan eksekusi.

Malam sebelum eksekusinya pada tahun 1535, rambut More tiba-tiba memutih.

Mary, Ratu Skotlandia, juga dilaporkan tiba di tempat eksekusinya pada tahun 1587 dengan warna rambut baru. Setelah putranya menyetujui eksekusinya, rambut Mary menjadi putih selama malam terakhir hidupnya.

"Bukan usia tua yang membuatnya putih," tulis saksi mata Pierre de Bourdeille, "tetapi masalah, kemalangan, dan kesedihan yang dia derita, terutama di penjaranya."

“Kasus sindrom Marie Antoinette tertua yang tercatat terjadi hampir 2.000 tahun yang lalu,” tambah Carlton. Seorang sarjana remaja yang bergabung dengan akademi Talmud Israel khawatir untuk menghadapi studi yang serius. Keesokan harinya, dia memiliki rambut putih. Sarjana Yahudi abad pertengahan Maimonides mengemukakan bahwa studi intensif menyebabkan perubahan.

Kasus-kasus yang lebih modern disaksikan oleh para dokter. Pada tahun 1915, seorang tentara Prancis hampir tewas dalam ledakan ranjau selama pertempuran Perang Dunia I.  Dia dibawa ke rumah sakit Inggris di Arc-en-Barrois, di mana pada hari berikutnya dia terkejut melihat seberkas rambut putih di sisi kiri kepala.

Misteri sindrom Marie Antoinette

Sindrom Marie Antoinette tidak mungkin, menurut Desmond Tobin, seorang profesor ilmu dermatologis di University College Dublin. Tobin menjelaskan, “Tidak ada sel hidup di rambut. Stres psikososial tidak dapat memengaruhi serat rambut yang sudah terbentuk. Itu hanya dapat memengaruhi serat yang sedang terbentuk.”

Lalu apa yang menjelaskan perubahan warna rambut dalam semalam? Dalam kasus Marie Antoinette, satu teori mengeklaim dia mengecat rambutnya sebelum melarikan diri dari Paris.

   

Baca Juga: Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis

Baca Juga: Analisa Tinta Ungkapkan Rahasia dalam Surat Cinta Marie Antoinette

Baca Juga: Gelang Permata Peninggalan Ratu Prancis Marie Antoinette Dilelang

    

Kondisi lain juga dapat menjelaskan sindrom Marie Antoinette. Mereka yang menderita alopecia areata dapat mengalami kerontokan rambut secara tiba-tiba. Dan rambut berpigmen lebih cenderung rontok.

Mungkin stres akibat eksekusinya menyebabkan Thomas More kehilangan rambut cokelat gelapnya, hanya menyisakan putihnya. Otomatis ini membuatnya tampak seperti rambutnya berubah warna dalam semalam.

Sebuah studi tahun 2020 di Nature menunjukkan penjelasan lain. Mengekspos stress pada tikus bisa menghancurkan sel-sel yang menghasilkan pigmen di rambut. Tikus yang stres tiba-tiba memiliki bercak bulu putih.

Penelitian dan laporan dokter menunjukkan bahwa pemutihan rambut adalah mungkin. Bisakah itu benar-benar terjadi dalam semalam? “Mungkin hanya dalam situasi ekstrem  dan dalam kasus ini, kita bisa melihat contoh Marie Antoinette,” tutur Carlton.