Mengapa Pengurbanan Manusia Sering Dilakukan di Masa Lampau?

By Sysilia Tanhati, Kamis, 7 April 2022 | 07:00 WIB
Penggunaan pengorbanan manusia sebagai alat kontrol sosial memberikan gambaran mengerikan tentang seberapa jauh hal ini bisa terjadi. (Jacques Arago and Maurin/Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Pengurbanan manusia dipraktikkan di banyak kebudayaan kuno. Di Tiongkok dan Mesir, makam para penguasa disertai dengan lubang-lubang yang berisi ratusan jasad manusia. Jasad ini adalah para korban yang dipercaya dapat memberikan pertolongan di akhirat.

Jasad yang disembelih secara ritual ditemukan terkubur di sebelah cincin cawan lebur, kuali kuningan dan patung kayu di Eropa dan Kepulauan Inggris. Penjelajah dan misionaris awal mendokumentasikan pentingnya persembahan manusia dalam budaya Austronesia.

Di Amerika Tengah, bangsa Maya dan Aztec kuno mengekstraksi detak jantung para korban di altar kuil.

Hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa sesuatu yang mengerikan seperti pengurbanan manusia bisa begitu umum di masa lampau?

Mungkinkah pengurbanan manusia telah melayani beberapa fungsi sosial. Atau ini benar-benar menguntungkan setidaknya beberapa anggota masyarakat?

Apakah pengurbanan manusia dilakukan untuk kontrol sosial?

Menurut satu teori, pengurbanan manusia benar-benar berfungsi dalam masyarakat kuno. Hipotesis kontrol sosial menunjukkan pengurbanan manusia digunakan oleh elit sosial untuk meneror kelas bawah. Ini menjadi cara untuk menghukum pembangkangan dan menunjukkan otoritas. Pada akhirnya, pengurbanan manusia berfungsi untuk membangun dan memelihara sistem kelas dalam masyarakat.

Joseph Watts dari Universitas Auckland menguji apakah hipotesis kontrol sosial ini benar, khususnya di antara budaya-budaya di sekitar Pasifik.

Watts dan rekannya mengumpulkan informasi tentang 93 budaya tradisional Austronesia. Dengan menggunakan metode dari biologi evolusioner, mereka menguji bagaimana pengurbanan manusia memengaruhi evolusi sistem kelas sosial manusia prasejarah.

Nenek moyang bangsa Austronesia adalah penjelajah laut yang hebat. Mereka berasal dari Taiwan dan bermigrasi ke barat hingga Madagaskar, timur hingga Pulau Paskah, dan selatan hingga Selandia Baru. Ini adalah wilayah yang mencakup lebih dari setengah garis bujur dunia.

Budaya-budaya ini terdiri dari komunitas kecil, egaliter, berbasis keluarga. Namun ada juga yang kompleks dengan keluarga kerajaan, budak, dan ratusan ribu orang.

“Pengurbanan manusia dilakukan di 43% budaya yang kami pelajari,” ungkap Watts. Peristiwa yang menuntut pengurbanan manusia termasuk kematian kepala suku, pembangunan rumah dan kano, persiapan perang. Juga wabah epidemi dan pelanggaran tabu sosial utama.